Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Yasa Singgih Merintis Men's Republic, Nyaris Bangkrut hingga Kembali dengan Merek Baru

Kompas.com - 27/11/2021, 08:07 WIB
Kiki Safitri,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Merek Men's Republic, salah satu merek sepatu lokal yang sempat hits di masanya, kini tinggal kenangan.

Pemiliknya, Yasa Singgih, bercerita panjang lebar mengenai penyebab kegagalan yang ia alami melalui Instagram-nya, @yasasinggih.

Men’s Republic merupakan merek sepatu karya perajin lokal yang dipasarkan dengan model unik dan memiliki pangsa pasarnya sendiri.

Baca juga: Rebranding, Men’s Republic Resmi Ganti Nama Jadi Republic

Merek ini berada di bawah naungan PT Paramita Singgih.

Jatuh berkali-kali

Bisnis yang diawali pada tahun 2011, di usia 15 tahun, Yasa memulai usahanya dengan membangun merek Men’s Republic.

Berawal dari sakit yang diderita oleh sang ayah, Yasa menguatkan niatnya untuk menjadi mandiri agar bisa membiayai diri sendiri.

“Saya bersumpah saat itu harus bisa berhasil semuda mungkin. Supaya bisa mandiri dan gantian support keluarga. Tahun 2011, pertama kali memutuskan terjun ke dunia usaha. Mulai Men's Republic sebagai toko yang jual kaus-kaus KW dari Tanah Abang,” jelas Yasa, seperti tertulis dalam Instagram-nya.

Tak hanya bertahan berjualan baju, Yasa juga mulai mencari pekerjaan paruh waktu untuk menambah pundi-pundi tabungannya.

Baca juga: Ini Strategi Zalora Mengembangkan Bisnis pada 2022

Ia sempat mencicipi bekerja di event organizer sampai berjualan lampu hias dengan berseragam putih abu-abu.

“Hampir tiap hari naik angkot ke Tanah Abang buat ngambil barang. Terus jualin di Kaskus dan BBM. Lumayan banget hasilnya. Dua tahun berjualan, kebeli tanah di Bogor, dan sisanya bikin bisnis baru yaitu Kedai Ini Teh Kopi, supaya bisa nambah income,” jelas dia.

Sayangnya, bisnis baru tersebut tidak bertahan lama, dan akhirnya gulung tikar.

Menurut Yasa, kegagalannya itu adalah akibat tidak memikirkan dengan matang dalam memulai bisnis dan cenderung terburu-buru.

“Saat itu, enggak punya pengalaman apa-apa. Asal nyemplung, pilih lokasi buru-buru, sempat kebanjiran, kemalingan, sampai dipalak preman. Setiap bulan minus, enggak pernah profit,” ujar Yasa.

Baca juga: 6 Tips Jitu ala Yasa Singgih dalam Membangun Brand dari Nol

Jika ditotal, usaha bisnis kuliner Yasa tersebut merugi Rp 150 juta dalam jangka waktu 10 bulan.

Bukannya menambah income, justru bisnis utama berjualan kaus juga ikutan tutup. Alhasil, biaya kuliah juga terancam, dan mengharuskan Yasa menjual tanah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com