Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Saham Turun, Investor Harus Bagaimana?

Kompas.com - 19/12/2021, 12:00 WIB
Aprillia Ika

Editor

KOMPAS.com - Investasi saham terkenal berisiko tinggi. Tak heran, hanya mereka yang bernyali besar yang bisa bertahan dalam jangka panjang.

Kenapa risiko investasi saham tinggi? Karena harga saham bergerak fluktuatif. Naik turunnya sangat cepat.

Kalau trennya lagi naik atau menguat, investor sumringah. Itu artinya potensi mendapat cuan.

Baca juga: Modal Rp 1 Juta, Investor Bisa Punya Saham di Restoran Dessert Ini

Namun ada masanya harga saham turun atau melemah, dan berarti boncos bagi investor. Jika harga saham ataupun pasar saham sedang anjlok, biasanya banyak investor kebakaran jenggot.

Padahal sentimen penyebab penurunan tersebut bisa saja hanya sementara. Setelah itu, harga saham bakal kembali rebound.

Baca juga: Putus Rantai Generasi Sandwich, Ajaib Ajak Milenial Berinvestasi Sejak Muda

Oleh karenanya, tak perlu lebay. Begini cara menghadapi penurunan harga saham, seperti dikutip dari Cermati.com.

Average down

Average down adalah strategi investasi dengan melakukan pembelian secara bertahap ketika harga saham jatuh. Jadi seperti menggelontorkan duit lagi, beli saham yang harganya merosot dari harga awal.

Kalau dipikir-pikir strategi average down bakal membuatmu rugi semakin besar bila saham yang dibeli, harganya terus jeblok.

Baca juga: Tips Memulai Investasi Saham yang Benar

 

Akan tetapi, bila melihat sisi positifnya, bisa saja kelemahan ini dapat membalikkan keadaan harga saham kembali menanjak.

Jika ingin strategi average down berhasil, pilih perusahaan yang tepat. Beli saham perusahaan dengan fundamental baik, stabil, dan punya peluang tumbuh cukup besar.

Bukan sebaliknya, beli saham perusahaan yang sudah pasti rugi. Sudah perusahaannya tekor, harga sahamnya terus terseret turun, dan kamu pun makin tekor.

 

Tetap tenang

Risiko penurunan harga saham jatuh seharusnya sudah harus diketahui setiap investor sejak awal. Saat harga saham terjun bebas, tetap tenang.

Hindari kepanikan yang membuatmu tidak bisa berpikir dengan jernih. Karena yang ada di dalam otak hanya rugi besar, sehingga memicu frustasi.

Baca juga: Bagaimana Aspek Pajak atas Keuntungan Investasi Saham di Singapura?

Kepanikan akan membawa kamu pada kesalahan dalam mengambil keputusan, seperti melakukan aksi jual besar-besaran. Asal kamu tahu, penurunan harga saham pasti ada ujungnya. Akan kembali naik atau rebound, dari merah ke hijau.

Jadi, tetap pantau perkembangan investasi saham kamu, termasuk pergerakan harga saham. Lakukan analisis fundamental dan teknikal agar dapat menjalankan strategi tepat untuk trading selanjutnya.

Baca juga: 5 Tips Menghadapi Rekan Kerja yang Kurang Kompeten

Jangan buru-buru dijual

Karena kesal harga saham merosot, kamu jadi tidak sabar. Akhirnya memutuskan mengambil langkah cut loss.

Cut loss adalah kondisi di mana investor menjual rugi sahamnya pada harga saat ini (di bawah harga beli) untuk menghindari kerugian yang lebih besar.

Baca juga: Istilah Baru Sistem Perdagangan di BEI: Apa Itu Mekanisme Pre-Opening, Pre-Closing, Random Closing, Market Order, Apa Tujuan dan Manfaatnya ?

Mungkin saja sifatnya temporary. Harga saham akan kembali naik bila ada sentimen positif dari internal maupun eksternal. Jika ternyata demikian, pasti kamu akan menyesal telah melepas saham tersebut.

Apalagi jika mengempit saham blue chip. Saham lapis satu ini mampu bertahan dalam berbagai situasi dan kondisi ekonomi.

Baca juga: Tips Memulai Investasi Emas bagi Pemula di Awal Tahun

Kalaupun harga sahamnya turun, pasti cepat naik lagi, sebab saham blue chip didukung fundamental yang baik, kinerja bagus, dan tata kelola perusahaan yang berkesinambungan.

Jadi, jangan buru-buru menjual saham jika harganya sedang susut. Tetap simpan karena investasi saham untuk jangka panjang.

Baca juga: Manfaat Pedagang Pasar Pakai QRIS, BI: Terhindar dari Uang Palsu, Tak Perlu Sediakan Kembalian

 

Menghemat pengeluaran

Sudah tahu harga saham portofolio investasi sedang jeblok, kurangi foya-foya. Kamu harus belajar prihatin terhadap kondisi keuangan.

Lakukan penghematan dengan memangkas pengeluaran yang sifatnya keinginan atau masih bisa ditunda. Ingat, nilai investasimu lagi turun, sehingga kamu menderita kerugian.

Keuangan pribadi ini tetap harus terjaga stabil. Untuk memenuhi kebutuhan utama, seperti biaya hidup sehari-hari, tanpa melupakan kewajiban menyisihkan anggaran investasi sambil menunggu perkembangan saham membaik.

Selalu Ingat Tujuan Investasi Kamu

Ketika panik, berniat menjual portofolio saham ketika harganya jatuh, selalu ingat lagi tujuan investasi kamu. Apakah untuk jangka pendek, jangka menengah, atau jangka panjang.

Kalau untuk jangka panjang, sebaiknya tetap simpan saham kamu, terutama saham-saham unggulan yang punya peluang rebound lebih cepat.

Jangan hanya karena panik, ikut-ikutan, kamu langsung menjualnya. Mungkin saja beberapa tahun kemudian, harga saham tersebut melejit, sehingga kamu bisa memperoleh keuntungan lebih besar.

Lebih baik pilih langkah wait and see sampai kondisi kembali stabil dengan tidak melakukan trading jual atau beli saham. Lebih aman dan tidak bikin jantung deg-degan.

Artikel ini merupakan hasil kerjasama antara Kompas.com dengan Cermati.com. Isi artikel menjadi tanggung jawab sepenuhnya Cermati.com

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com