Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Letak Stasiun KA di Indonesia Sering Kali Sangat Berdekatan?

Kompas.com - Diperbarui 15/01/2022, 08:22 WIB
Muhammad Idris

Penulis

DKARI ini yang kemudian jadi cikal bakal terbentuknya BUMN PT KAI. Semua aset perkeretaapian pun kemudian berada di bawah PT KAI, baik jaringan rel kereta maupun bangunan stasiunnya. 

Baca juga: Ironi Gula, Eksportir Era Hindia Belanda, Jadi Importir Usai Merdeka

Sebagai perusahaan yang melakukan monopoli kereta api, stasiun yang saling berdekatan itu kemudian tetap difungsikan untuk melayani naik turun penumpang yang dibedakan dengan rute maupun kelas kereta yang berbeda. 

Seperti Stasiun Cirebon atau Kejaksan yang banyak diperuntukkan kereta eksekutif dan bisnis, sedangkan Stasiun Prujakan lebih banyak dipakai untuk pemberhentian kereta kelas ekonomi. 

Sejarah kereta api Hindia Belanda

Pemerintah Kolonial Belanda membangun jaringan rel kereta api sepanjang lebih dari 7.400 km di Jawa dan Sumatera yang dimulai sejak 1875.

Namun, pasca-kemerdekaan, banyak jalur rel kereta api yang sudah terbangun ini tidak beroperasi alias mati. Beberapa jalur bahkan kini sudah tak berbekas sama sekali.

Baca juga: Benarkah VOC Belanda Perusahaan Terkaya Sejagat dan Kalahkan Apple?

Sebagian besar jalur kereta api warisan Hindia Belanda dinonaktifkan di era Orde Baru. Pembangunan jalur kereta api di Indonesia dimulai sejak Gubernur Jenderal Baron Sloet Van Den Beele. 

Pembangunan rel kereta pertama dilakukan oleh perusahaan transportasi Belanda Naamlooze Venootschap Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NV NISM).

Jalur pertama yang dibangun saat itu yakni Kemijen di Semarang menuju Desa Tanggung di Kabupaten Malang. Yang kemudian dilanjutkan dengan menghubungkan Semarang dengan Surakarta pada 1870. Tercatat, sampai 1939, Belanda saat itu sudah membangun 6.811 km di Jawa dan Sumatera.

Sementara itu, dikutip dari laman Heritage KAI, Pemerintah Hindia Belanda membangun jalur kereta api negara melalui Staatssporwegen (SS) pada tanggal 8 April 1875. Rute pertama SS meliputi Surabaya-Pasuruan-Malang. 

Baca juga: Berapa Utang Warisan Belanda yang Disinggung Sri Mulyani?

Keberhasilan NISM dan SS mendorong investor swasta membangun jalur kereta api, seperti Semarang Joana Stoomtram Maatschappij (SJS), Semarang Cheribon Stoomtram Maatschappij (SCS), Serajoedal Stoomtram Maatschappij (SDS), Oost Java Stoomtram Maatschappij (OJS), Pasoeroean Stoomtram Maatschappij (Ps.SM).

Lalu Kediri Stoomtram Maatschappij (KSM), Probolinggo Stoomtram Maatschappij (Pb.SM), Modjokerto Stoomtram Maatschappij (MSM), Malang Stoomtram Maatschappij (MS), Madoera Stoomtram Maatschappij (Mad.SM), dan Deli Spoorweg Maatschappij (DSM).

Selain di Jawa, pembangunan jalur kereta api dilaksanakan di Aceh (1876), Sumatera Utara (1889), Sumatera Barat (1891), Sumatera Selatan (1914), dan Sulawesi (1922).

Sementara itu, di Kalimantan, Bali, dan Lombok hanya dilakukan studi mengenai kemungkinan pemasangan jalan rel, belum sampai tahap pembangunan. Sampai akhir tahun 1928, panjang jalan kereta api dan trem di Indonesia mencapai 7.464 km dengan perincian rel milik pemerintah sepanjang 4.089 km dan swasta sepanjang 3.375 km.

Para penumpang tengah memasuki kereta di Stasiun Bandung, Rabu (2/1/2019).KOMPAS.com/RENI SUSANTI Para penumpang tengah memasuki kereta di Stasiun Bandung, Rabu (2/1/2019).

Baca juga: 7 Kota di Indonesia yang Dibangun Penjajah Belanda dari Nol

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com