Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Siswanto Rusdi
Direktur The National Maritime Institute

Pendiri dan Direktur The National Maritime Institute (Namarin), sebuah lembaga pengkajian kemaritiman independen. Acap menulis di media seputar isu pelabuhan, pelayaran, kepelautan, keamanan maritim dan sejenisnya.

Perang Rusia Vs Ukraina, Premi War Risk dan Krisis Kontainer Jilid III

Kompas.com - 13/03/2022, 10:38 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Sekadar catatan, krisis jilid satu ditandai dengan terjadinya kekurangan (shortage) peti kemas di berbagai pelabuhan di Asia akibat tersangkutnya ratusan ribu peti kemas di pelabuhan AS dan Eropa.

Sementara itu, krisis pelayaran peti kemas jilid dua dicirikan dengan terjadinya congestion (kemacetan) parah di pelabuhan-pelabuhan utama dunia.

Kapal-kapal mengantre, baik di pelabuhan maupun di lokasi labuh jangkar di sekitarnya, menunggu dilayani oleh operator pelabuhan.

Antrean paling parah terjadi di pelabuhan Los Angeles dan Long Beach di Negeri Paman Sam. Sempat ratusan kapal mengular di kedua fasilitas tersebut. Jumlahnya kini sudah menurun ke puluhan unit saja.

Berapa sih jumlah peti kemas yang akan menumpuk hingga menyebabkan oversupply?

Menurut berbagai perhitungan, setidaknya akan terjadi kelebihan kontainer sekitar 3,5 juta twenty foot equivalent unit (TEU) hingga akhir 2022.

Dan, angka ini hanya untuk rute transpasifik saja. Peti kemas sebanyak itu nantinya akan menumpuk di terminal peti kemas maupun depo-depo kontainer di berbagai negara.

Masuknya jumlah peti kemas semasif itu sebetulnya dimulai sejak krisis pelayaran kontainer (jilid satu dan dua) merebak.

Dilakukan oleh pabrikan kontainer asal China. Ada tiga produsen di negara ini, yaitu China International Marine Containers (CIMC), Dong Fang International Containers dan Changzhou Xinhuachang International Containers (CXHIC).

Masing-masing dengan output 580.000 twenty-foot equivalent unit (TEU), 358.000 TEU dan 200.000 TEU.

Dengan produksinya CIMC menguasai sekitar 42 persen pasar peti kemas dunia, sementara Dong Fang menguasai 26 persen pasar. Adapun CXHIC menguasai sekitar 14 persen.

Agregat produksi ketiganya, sekitar 82 persen, menjadikan negeri Tirai Bambu penguasa pasar peti kemas dunia.

Menurut data Drewry, firma konsultan maritim internasional, perusahaan-perusahaan tersebut pada tahun 2020 memproduksi 3,1 juta TEU.

Sementara itu, menurut Billie Box, firma yang menjual peti kemas, saat ini di dunia terdapat sekitar 17 juta kontainer.

Peti kemas ini ada yang dimiliki oleh pelayaran dan hal ini dengan mudah dikenali dari logo yang ada di badannya.

Ada pula yang dioperasikan oleh perusahaan non-vessel owned cargo carrier (NVOCC) alias forwarder; biasanya tanpa logo di badan peti kemas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Libur Kenaikan Yesus Kristus, 328.563 Kendaraan Tinggalkan Jakarta

Libur Kenaikan Yesus Kristus, 328.563 Kendaraan Tinggalkan Jakarta

Whats New
OCBC Singapura Ajukan Tawaran Rp 16 Triliun untuk Akuisisi Great Eastern Holdings

OCBC Singapura Ajukan Tawaran Rp 16 Triliun untuk Akuisisi Great Eastern Holdings

Whats New
Inggris Keluar dari Jurang Resesi Ekonomi

Inggris Keluar dari Jurang Resesi Ekonomi

Whats New
Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat, Ini Penjelasan Peritel

Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat, Ini Penjelasan Peritel

Whats New
Intervensi Bank Sentral Kesetabilan Rupiah dan Cadangan Devisa

Intervensi Bank Sentral Kesetabilan Rupiah dan Cadangan Devisa

Whats New
Bank Muamalat Buka Lowongan Kerja hingga 31 Mei 2024, Cek Posisi dan Syaratnya

Bank Muamalat Buka Lowongan Kerja hingga 31 Mei 2024, Cek Posisi dan Syaratnya

Work Smart
Viral Video Youtuber Korsel Diajak Mampir ke Hotel, Ini Tanggapan Kemenhub

Viral Video Youtuber Korsel Diajak Mampir ke Hotel, Ini Tanggapan Kemenhub

Whats New
Finaccel Digital Indonesia Berubah Nama jadi KrediFazz Digital Indonesia

Finaccel Digital Indonesia Berubah Nama jadi KrediFazz Digital Indonesia

Whats New
Dampak Fluktuasi Harga Pangan Awal 2024

Dampak Fluktuasi Harga Pangan Awal 2024

Whats New
Mengenal 2 Fitur Utama dalam Asuransi Kendaraan

Mengenal 2 Fitur Utama dalam Asuransi Kendaraan

Earn Smart
Penggunaan Gas Domestik Didominasi Industri, Paling Banyak Industri Pupuk

Penggunaan Gas Domestik Didominasi Industri, Paling Banyak Industri Pupuk

Whats New
Libur Panjang, Angkasa Pura II Proyeksikan Penumpang Capai 1 Juta Orang

Libur Panjang, Angkasa Pura II Proyeksikan Penumpang Capai 1 Juta Orang

Whats New
Percepat Peluncuran Produk untuk Perusahaan Teknologi, XpandEast Terapkan Strategi Pengurangan Time-to-Market

Percepat Peluncuran Produk untuk Perusahaan Teknologi, XpandEast Terapkan Strategi Pengurangan Time-to-Market

Whats New
Pasar Kripto Berpotensi 'Rebound', Simak Prospek Jangka Panjangnya

Pasar Kripto Berpotensi "Rebound", Simak Prospek Jangka Panjangnya

Earn Smart
Asosiasi 'Fintech Lending' Buka Suara Soal Pencabutan Izin Usaha TaniFund

Asosiasi "Fintech Lending" Buka Suara Soal Pencabutan Izin Usaha TaniFund

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com