Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Main HP di SPBU Bisa Picu Kebakaran, Cuma Mitos atau Fakta?

Kompas.com - 02/07/2022, 11:13 WIB
Muhammad Idris

Penulis

KOMPAS.com - Aturan larangan menggunakan ponsel atau smartphone di area SPBU kembali mengemuka, ini setelah pemerintah dan PT Pertamina (Persero) mendorong masyarakat untuk menggunakan aplikasi MyPertamina dalam rangka pembatasan konsumsi Pertalite dan Solar.

Para pelanggan diminta untuk mengisi data diri di aplikasi MyPertamina atau bisa melalui situs Subsidi Tepat MyPertamina. Kemudian data yang sudah masuk tersebut akan diverifikasi oleh pihak BPH Migas untuk memastikan bahwa pembeli Solar dan Pertalite memang merupakan pelanggan yang berhak.

Di sisi lain, masyarakat masih kebingungan dengan aturan pembelian BBM menggunakan ponsel tersebut, saat bersamaan sudah ada larangan bermain ponsel di area SPBU yang berlaku sejak lama.

Terlepas dari aturan baru tersebut, apakah benar bermain ponsel di area SPBU bisa memicu percikan api sehingga bisa menjadi insiden kebakaran di SPBU?

Baca juga: Strategi Putin, Jadikan Pupuk Senjata Rusia

Dikutip dari Straits Times, rumor penggunaan ponsel dianggap sebagai penyebab kebakaran mulai beredar sejak awal tahun 1990-an, di mana ponsel saat ini dianggap bisa memancarkan gelombang mikro yang bisa memicu percikan api.

Fenomena kebingungan masyarakat soal informasi penggunaan handphone di area SPBU bisa memicu kebakaran juga terjadi di Negeri Jiran, Malaysia dan Singapura. 

Profesor Kelistrikan dari Universitas Putra Malaysia, Dr. Chandima Gomes, meragukan apakah benar ponsel bisa memicu kebakaran di tempat pengisian BBM.

"Gelombang mikro dari ponsel memiliki intensitas yang sangat rendah, kira-kira seperti 2,45GHz. Untuk membuat percikan (api) semacam itu, Anda memerlukan gelombang mikro bertenaga sangat tinggi. Tidak ada bukti ilmiah yang mengatakan bahwa emisi ponsel cukup untuk membuat percikan," jelas profesor yang memiliki spesialisasi pengamanan petir tersebut.

Program televisi dari Discovery Channel, MythBusters, bahkan pernah melakukan serangkaian uji coba apakah ponsel bisa memicu percikan api. Rangkaian tes itu kemudian ditayangkan di saluran TV mereka.

Baca juga: APBN Surplus, Sri Mulyani Singgung Dampaknya ke Utang Pemerintah

Saat itu, Discovery Channel sengaja mengisi sebuah kotak dengan asap yang mudah terbakar dan meletakan ponsel di dalamnya. Kemudian mereka melakukan penggilan telepon. Hasilnya, tidak ada percikan api yang muncul.

Listrik statis di SPBU

Sementara itu, Robert Rankes, Wakil Presiden Petroleum Equipment Institute (PEI) yang berbasis di Amerika Serikat, mengungkapkan listrik statis dari gesekan yang disebabkan manusia lebih rawan menyebabkan percikan api ketimbang gelombang ponsel.

Ia menyebut, kebakaran di SPBU bisa terjadi ketika seseorang yang sedang mengisi bensin secara tak sengaja bersentuhan dengan benda lain di sekitar mesin pompa bensin dan menciptakan listrik statis.

Setelah menyelidiki ratusan kasus kebakaran, Renkes mengatakan kecelakaan "akibat ponsel" biasanya terjadi ketika seseorang sedang mengisi bahan bakar dan kembali ke bagian dalam mobil untuk menelepon.

Baca juga: Sisi Kelam Ukraina: Bisnis Surogasi Rahim atau Pabrik Bayi

Di mana seorang bisa membawa listrik statis dari gesekan tubuhnya dengan kursi jok mobil kemudian terbawa ke area SPBU yang mudah terbakar.

"Saat di dalam mobil, tubuh mereka bergesekan dengan kursi, menciptakan listrik statis dan menempel pada tubuh. Jadi mereka duduk di dalam mobil, mereka menghasilkan listrik statis, mereka keluar lagi, listrik statis itu tidak hilang, dan mereka menyentuh dispenser," terang Rankes.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Saham BBRI 'Nyungsep' 5 Persen, Investor 'Buy' atau 'Hold'?

Harga Saham BBRI "Nyungsep" 5 Persen, Investor "Buy" atau "Hold"?

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di BCA Mobile

Cara Hapus Daftar Transfer di BCA Mobile

Work Smart
Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Whats New
Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Optimalkan LNG Lintas Negara

Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Optimalkan LNG Lintas Negara

Whats New
Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Whats New
Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Whats New
Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Whats New
Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Whats New
Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Whats New
Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Whats New
Dorong UMKM 'Go Global', Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Dorong UMKM "Go Global", Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Whats New
Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Whats New
Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Whats New
Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Whats New
Pelita Air Buka Rute Langsung Jakarta-Kendari, Simak Jadwalnya

Pelita Air Buka Rute Langsung Jakarta-Kendari, Simak Jadwalnya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com