Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Luhut: Sektor Kemaritiman Cukup Kuat Hadapi Krisis Global Seperti Covid-19

Kompas.com - 23/09/2022, 15:38 WIB
Ade Miranti Karunia,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Memperingati ke-58 Hari Maritim Nasional, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko) Marves), Luhut Binsar Pandjaitan menyebutkan, nilai produk domestik bruto (PDB) kemaritiman Indonesia pada 2020 sebesar Rp 1.212 triliun atau 11,31 persen dari PDB nasional.

Meskipun turun dari tahun 2019 yang mencapai Rp 1.231 triliun akibat dampak pandemi Covid-19, tetapi kontribusinya diklaim meningkat sebesar 11,25 persen pada 2019, menjadi 11,3 persen pada 2020.

"Ini adalah indikasi bahwa sektor kemaritiman cukup kuat menghadapi krisis global seperti Covid-19," katanya lewat keterangan Instagram @luhut.pandjaitan, Jumat (23/9/2022).

Baca juga: Cerita Girang Luhut di Balik Aksinya Buka Bel Perdagangan Wall Street

Untuk itu, pada momen peringatan Hari Maritim Nasional, Luhut mengajak seluruh elemen masyarakat Indonesia untuk menyamakan pandangan dalam rangka melanjutkan aksi merebut kembali kejayaan bahari nusantara dengan memfokuskan pembangunan nasional yang arahnya pembangunan kemaritiman.

"Kegiatan kemaritiman bukan hanya aktivitas yang terkait dengan laut saja, tetapi juga harus mempertimbangkan kajian tentang ekonomi maritim sebagai kegiatan ekonomi yang terjadi di kawasan perairan dan kegiatan di tempat lain yang memanfaatkan sumber daya alam yang mampu menghasilkan barang dan jasa untuk dimanfaatkan pada kawasan perairan," tuturnya.

Mantan Jenderal Satgas Tempur Kopassus ini berujar, meskipun Indonesia penuh dengan keanegaraman, tapi dirinya ingin kesejahteraan masyarakat tidak boleh lagi ada kesenjangan, tidak boleh ada disparitas kesejahteraan antar kawasan. Oleh karenanya, memperkuat pembangunan kemaritiman merupakan pilihan yang tepat untuk itu.

Baca juga: Luhut: Kami Ingin Menunjukkan ke Dunia Betapa Menariknya Menjadi Pelaku Bisnis di Indonesia

"Kita belajar dari sejarah, kita pernah mengalami zaman bahari. Yaitu suatu era di masa lampau dimana kita mengalami kejayaan bahari, jaman kita menguasai dan berinteraksi erat dengan lautan. Pembangunan maritim ke depan harus diarahkan untuk merebut kembali kejayaan maritim sebagai negeri maritim yang kuat dan bangsa bahari yang unggul seperti di masa lampau. Kita harus kembali menjadi pusat peradaban maritim dunia," tegas Luhut.

Di samping itu, Kemenko Marves sedang mengkaji kontribusi ekonomi maritim berbasis konsep baru ekonomi maritim dengan mengadopsi konsep ocean account yang sedang berkembang di dunia,

"Mudah-mudahan dalam waktu dekat kita bisa mengetahui besaran produk domestik bruto maritim berdasarkan pemahaman ini. PDB maritim kita perlukan sebagai base line yang akan kita monitor perkembangannya setiap tahun. Capaian PDB Maritim juga akan menjadi feed back pembangunan kemaritiman yang akan kita laksanakan di waktu-waktu mendatang," pungkas Luhut.

Baca juga: Redam Kenaikan Anggaran Subsidi BBM, Luhut: Percepat Penggunaan Kendaraan Listrik

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com