Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sri Mulyani: Gejolak Global Bakal Berlanjut pada 2023, Perlu Aksi Nyata Pimpinan Negara G20

Kompas.com - 14/10/2022, 13:20 WIB
Yohana Artha Uly,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, gejolak ekonomi global yang saat ini terjadi diperkirakan berlanjut hingga tahun depan. Terlebih, adanya peningkatan risiko resesi global pada 2023, yang tidak bisa diabaikan dan perlu menjadi perhatian.

Oleh sebab itu, menurutnya, diperlukan kebijakan bersama antara pemimpin negara untuk bisa mengatasi persoalan ekonomi global. Terutama aksi nyata dari para pemimpin negara G20, yang merupakan forum dengan mencakup 85 persen perekonomian dunia.

"Tantangan ekonomi global yang kompleks membutuhkan kepemimpinan yang kuat dan tindakan kolektif dari G20," ungkapnya dalam konferensi pers The 4th Finance Ministers and Central Bank Governors Meeting di Washington D.C, Amerika Serikat, Jumat (14/10/2022).

Baca juga: Sri Mulyani: 600 Juta Orang di Pesisir Terancam akibat Perubahan Iklim

Dia mengungkapkan, saat ini dunia tengah dihadapkan dengan kondisi lonjakan inflasi, pertumbuhan ekonomi yang melambat, krisis pangan dan energi, risiko perubahan iklim, serta memanasnya geopolitik. Ia pun menyebut dunia dalam kondisi yang berbahaya.

Lonjakan inflasi yang pada akhirnya diikuti dengan kenaikan suku bunga acuan dan pengetatan likuiditas oleh bank-bank sental, turut meningkatkan risiko utang baik bagi negara-negara berpenghasilan rendah, menengah, maupun maju.

Baca juga: Sri Mulyani Prediksi Situasi Global Tetap Sulit pada 2023

Maka, dalam menghadapi kondisi yang menantang itu, kata Sri Mulyani, perlu respons kebijakan yang spesifik, jelas, terkoordinasi, dan terkomunikasikan dengan baik, bukan hanya sekadar bauran kebijakan makro yang normatif. Kebijakan ini pun perlu dilakukan bersama antar-pemimpin negara.

"Tantangan ekonomi global yang kompleks memerlukan kerja sama dan sinkronisasi dalam mengembangkan bauran kebijakan makroekonomi yang tepat dari instrumen kebijakan fiskal, moneter, dan struktural untuk mengatasi masalah global kita bersama dan mendukung pemulihan ekonomi secara efektif," paparnya.

Baca juga: Ekonomi Global Dalam Bahaya, Sri Mulyani: Tidak Dapat Diselesaikan Satu Negara

 


Menurutnya, bauran kebijakan yang tepat sangat dibutuhkan dalam waktu dekat ini untuk menekan lonjakan inflasi berkepanjangan. Sehingga, diharapkan lewat pertemuan para pemimpin negara G20, bisa dihasilkan kebijakan yang mampu mendorong pertumbuhan global.

"Diharapkan mampu melindungi mata pencaharian orang-orang yang rentan, sekaligus membawa dunia kembali ke pertumbuhan yang kuat, berkelanjutan, seimbang, dan inklusif," kata Sri Mulyani.

Baca juga: Sri Mulyani: Dunia dalam Keadaan Bahaya, Butuh Komitmen Semua Negara

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Kehabisan Tiket Kereta? Coba Fitur Access by KAI Ini

Kehabisan Tiket Kereta? Coba Fitur Access by KAI Ini

Spend Smart
Harga Saham BBRI 'Nyungsep' 5 Persen, Investor 'Buy' atau 'Hold'?

Harga Saham BBRI "Nyungsep" 5 Persen, Investor "Buy" atau "Hold"?

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di BCA Mobile

Cara Hapus Daftar Transfer di BCA Mobile

Work Smart
Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Whats New
Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Optimalkan LNG Lintas Negara

Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Optimalkan LNG Lintas Negara

Whats New
Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Whats New
Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Whats New
Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Whats New
Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Whats New
Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Whats New
Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Whats New
Dorong UMKM 'Go Global', Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Dorong UMKM "Go Global", Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Whats New
Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Whats New
Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Whats New
Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com