Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ronny P Sasmita
Analis Senior Indonesia Strategic and Economic Action Institution

Penikmat kopi yang nyambi jadi Pengamat Ekonomi

Narasi Ekonomi Optimistis Menghadapi Resesi Global

Kompas.com - 11/12/2022, 06:40 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Setelah standar emas benar-benar dilepaskan, negara-negara mitra dagang Amerika lebih memilih memegang dollar AS, setelah London Conference yang alot.

Bagaimana mendapatkannya? Yakni dengan menukarkan emas yang mereka miliki dengan dollar AS. Tak pelak, The Fed ketiban emas dari berbagai penjuru.

Di dalam negeri, dollar AS kembali beredar luas, bahkan beredar lebih banyak. Harga-harga komoditas mulai naik perlahan karena transaksi mulai terjadi di satu sisi dan nilai dollar AS terdevaluasi di sisi lain karena supply-nya mulai berlimpah, sampai dollar AS kembali dikaitkan ke harga emas setara dengan 35 dollar AS per pounce, alias dollar AS terdevaluasi lebih dari 50 persen (sebelumnya 20 dollar AS per pounce).

Harga tersebut kemudian menjadi acuan pada perjanjian Bretton Wood pascaperang dunia kedua. Slogan singkat FDR terbayar sudah.

Kepercayaan diri masyarakat atas bank dan dollar AS pulih. Langkah awal New Deal berjalan mulus. Dan dari sisi ekonomi, Keynesian Revolution sedang dimulai. Ya, itulah kekuatan narasi yang dibangun atas visi yang juga kuat.

Sementara di sini, kita sempat menyaksikan Menteri Keuangan Sri Mulyani terkesan memilih menakut-nakuti publik.

Jadi tak salah jika pernyataan Pak Jusuf Kalla bahwa “pemerintah cq Sri Mulyani jangan menakuti-nakuti publik” sangat bisa dipahami, jika dikaitkan dengan cerita di atas. Apalagi situasinya berbeda secara fundamental.

Semakin sering Sri Mulyani mengatakan bahwa ekonomi Amerika memburuk, tanpa meyakinkan publik bahwa pemerintah memiliki rencana yang baik dan strategis, maka semakin banyak investor yang akan memindahkan asetnya ke safe heaven di luar negeri (capital outflow).

Memang aneh, tapi itulah kenyataanya. Karena dollar AS adalah hard currency, sementara rupiah tidak.

Jadi semakin dibangun persepsi negatif, semakin tinggi persepsi ketidakpastian, justru rupiah semakin ditinggalkan. Jadi wajar depresiasi rupiah cukup parah.

Dalam hemat saya, yang dibutuhkan saat ini adalah narasi tentang apa rencana Pemerintah untuk menghadapi situasi resesi global. Bukan hanya warning tak berujung.

Jika memang ada, maka sampaikan dengan narasi yang optimistis dan motivatif. Mari kita hadapi bersama-sama, karena kita bisa melewati ini, misalnya.

Namun harus diikuti action, bukan warning diikuti oleh warning, lalu oleh warning lagi.

Yang kedua, strateginya harus jelas dan masuk akal. Ketika Liz Truss menyampaikan pidato pertamanya sebagai PM Inggris, ia menjanjikan "Bold" Strategy dan Exit Plan.

Namun nyatanya isinya adalah "Tax Cut" dan ekspektasi atas "Trickel Down Effect" yang sudah lama pudar validitas resepnya.

Walhasil, krisis semakin menjadi-jadi di Inggris dan ia kemudian gagal meyakinkan perlemen. Truss menjadi PM dengan masa jabatan terpendek sepanjang sejarah Inggris.

Jadi saat strategi diambil, starteginya harus jelas dan rasional di satu sisi dan acceptable secara politik di sisi lain, dengan narasi yang menyemangati publik tentunya. Semoga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Whats New
Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Whats New
IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

Whats New
Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Whats New
BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

Whats New
Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Whats New
Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Whats New
Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Work Smart
Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Whats New
17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

Whats New
Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Rilis
Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya 'Serok'?

Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya "Serok"?

Earn Smart
Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Whats New
Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com