Presenteeism merupakan hilangnya produktivitas yang terjadi ketika pekerja tidak berfungsi penuh di tempat kerja karena sakit, cedera, atau kondisi lainnya.
Meskipun karyawan tersebut mungkin secara fisik sedang bekerja, mereka mungkin tidak dapat sepenuhnya melakukan tugasnya dan lebih cenderung membuat kesalahan dalam pekerjaan.
Meskipun efeknya tidak seperti absenteeism (ketidakhadiran), biaya pemulihan presenteeism diperkirakan jauh lebih besar secara riil karena pekerja yang menderita kondisi jangka panjang melihat penurunan produktivitas yang terus-menerus. Bukankah ini merupakan beban besar biaya kesehatan ke depan?
Sederhananya, presenteeism pada akhirnya akan menyebakan kesenjangan produktivitas antara pekerja yang bekerja sepanjang hari dibandingkan dengan saat karyawan tersebut sehat dan bahagia.
Selain itu, pekerja yang berkerja dalam kondisi stres lebih cenderung melakukan kesalahan yang dapat merugikan perusahaan lebih banyak dibanding pekerja yang sama hanya absen.
Masih banyak efek laten lainnya jika ruang kemanusiaan pekerja dipersempit. Jika hal ini terjadi, bukan tidak mungkin investasi yang diharapkan meningkat justru dikhawatirkan stagnan atau bahkan turun drastis disebabkan oleh Perppu yang minim kajian tersebut.
Seharusnya pemerintah belajar dari kegagalan perekonomian “trickle down effect”, di mana pemilik modal terlalu dimanja dan dipercaya bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat kelas bawah.
Padahal, kebijakan yang terlalu berpihak pada pemilik modal (investor) tanpa mempertimbangkan masyarakat yang termarjinalkan akan meningkatkan akumulasi beban ekonomi dalam jangka panjang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.