Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Spotify dan Google Tambah Daftar Raksasa Teknologi yang Lakukan PHK Massal

Kompas.com - 23/01/2023, 17:57 WIB
Rully R. Ramli,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Daftar perusahaan teknologi besar yang melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) secara masif kembali bertambah. Spotify dan Google menjadi dua perusahaan teknologi teranyar yang berencana merampingkan unit bisnisnya.

Sebagaimana diketahui, sejak tahun lalu telah terjadi gelombang PHK besar-besaran dalam industri teknologi dunia. Pemangkasan terhadap ribuan karyawan telah dilakukan raksasa teknologi, seperti Amazon, Meta, Microsoft, hingga Twitter.

Setiap perusahaan teknologi tersebut memiliki alasan yang berbeda terkait perampingan yang dilakukan. Namun, satu alasan yang sama disampaikan oleh para raksasa teknologi tersebut yaitu kondisi perekonomian global tidak menentu yang berdampak terhadap kinerja keuangan perusahaan.

Baca juga: Tim Likuidasi Terbitkan Surat PHK Karyawan Wanaartha Life

Adapun daftar raksasa teknologi terbaru yang melakukan PHK massal terhadap karyawannya sebagai berikut:

1. Spotify

Aplikasi layanan musik serta podcast berbasis digital ini menjadi perusahaan teknologi teranyar yang dikabarkan akan melakukan PHK. Kabar ini terkuak dari seorang sumber yang mengetahui rencana tersebut.

Akan tetapi, sumber tersebut tidak mendetail berapa banyak karyawan yang akan terkena PHK. Juru bicara Spotify enggan mengomentari kabar tersebut.

Dilansir dari Blooomberg, Spotify sebenarnya telah mem-PHK 38 karywannya dari divisi sudio podcast Gimlet Media dan Parcast pada Oktober 2022.

Baca juga: Susul Google, Spotify Berencana Lakukan PHK Karyawannya Pekan Ini


Adapun sampai dengan kuartal III-2022, perusahaan yang berbasis di Stockholm, Swedia, itu tercatat memiliki sekitar 9.800 karyawan. Ini berdasarkan laporan kinerja keuangan perusahaan.

Selama pandemi Covid-19, Spotify kerap melakukan perekrutan. Namun, memasuki kondisi perekonomian global yang tidak menentu, perusahaan terpaksa melakukan efisiensi.

2. Google

Induk perusahaan Google, Alphabet Inc, mengumumkan rencana penghapusan terhadap 12.000 pekerjaan pada pekan lalu. Ini disampaikan kepala eksekutifnya dalam memo staf yang dibagikan dengan Reuters.

Baca juga: Ketidakpastian Ekonomi Meningkat, Microsoft Bakal PHK 10.000 Karyawan

Perampingan dialami oleh seluruh divisi perusahaan termasuk perekrutan dan beberapa fungsi perusahaan, serta beberapa tim teknik dan produk. PHK ini bersifat global dan berdampak pada staf AS, kata Google.

CEO Alphabet dan Google Sundar Pichai mengatakan, perampingan merupakan keputusan yang sulit. Perusahaan disebut terpaksa melakukan PHK karena kondisi ekonomi global yang tidak menentu dan tidak sesuai prediksi.

"Kondisi ekonomi saat ini tidak sebagus kondisi ekonomi pada saat kami merekrut banyak orang ke Google," ujar dia dari BlogGoogle.

Baca juga: Jokowi Soroti Risiko PHK, Airlangga Ungkap Strategi Pemerintah

3. Microsoft

Microsoft berencana melakukan PHK kepada 10.000 karyawannya sebagai bagian dari langkah-langkah pemotongan biaya yang lebih luas. CEO Microsoft Satya Nadella mengatakan kondisi perusahaan tidak kebal terhadap ekonomi global.

"Tidak ada yang bisa menentang gravitasi dan gravitasi di sini adalah pertumbuhan ekonomi yang disesuaikan dengan inflasi," kata Nadella.

Ia menambahkan, PHK juga dipicu dari perubahan permintaan dalam layanan digital sejak pandemi Covid-19, serta ketakutan akan resesi. Berdasarkan pengajuan Komisi Sekuritas dan Bursa AS, Microsoft memiliki sekitar 221.000 karyawan penuh waktu secara global per 30 Juni 2022. Sekitar 122.000 staf tersebut berbasis di Amerika Serikat.

Baca juga: Badai PHK Berlanjut, Kali Ini Terjadi di Anak Usaha Alphabet

Nadella mengatakan, lay off pegawai tersebut mewakili 5 persen dari total pekerja di perusahaan milik Bill Gates tersebut. Rencananya, pengurangan karyawan juga akan dilakukan hingga akhir kuartal fiskal ketiga tahun ini.

“Perusahaan akan mengeluarkan biaya 1,2 miliar dollar AS pada kuartal kedua terkait dengan biaya pesangon, perubahan pada portofolio perangkat keras kami, dan biaya konsolidasi sewa. Keputusan ini sulit, tapi perlu,” ujar Nadella.

4. Amazon

Raksasa teknologi ini berencana memberhentikan lebih dari 18.000 karyawan karena prospek ekonomi global terus memburuk. CEO Amazon Andy Jassy mengatakan, pemutusan hubungan kerja (PHK) ini akan berdampak pada beberapa tim misalnya departemen sumber daya manusia dan Toko Amazon.

"Di antara PHK yang kami lakukan pada bulan November, kami umumkan hari ini, kami berencana untuk mem-PHK lebih dari 18.000 pegawai," tulis Jassy.

Seperti telah diberitakan, jumlah itu sebenarnya naik dari laporan bulan November 2022 yang disebut hanya akan memangkas 10.000 karyawan.

Baca juga: Giliran Xiaomi yang Lakukan PHK Massal

Jumlah ini juga menjadi PHK terbesar sepanjang sejarah berdirinya Amazon. Adapun jumlah 18.000 karyawan yang akan di-PHK itu kurang lebih merepresentasikan 1,2 pesen dari total karyawan Amazon secara global.

Gelombang PHK tersebut mulai dilakukan sejak November lalu dan akan dilanjutkan mulai 18 Januari 2023.

5. Meta

Perusahaan teknologi yang memiliki Facebook, Instagram, dan WhatsApp itu telah mengumumkan rencana pemangkasan terhadap 13 persen tenaga kerjanya pada November 2022. Dengan persentase tersebut, pemangkasan akan berdampak terhadap 11.000 karyawan.

"Saya memutuskan untuk mengurangi jumlah karyawan perusahaan sebesar 13 persen, dan melepas lebih dari 11.000 karyawan bertalenta kami," ujar CEO Meta Mark Zuckerberg dalam suratnya.

Baca juga: Kini Giliran JD.ID PHK 200 Karyawan

Dalam surat tersebut, Mark juga menyebutkan, manajemen akan mengambil sejumlah langkah lain untuk membuat perusahaan lebih ramping dan efisien ke depannya, yakni melalui pemotongan biaya diskresioner dan memperpanjang masa penghentian perekrutan hingga kuartal pertama tahun depan.

Pemangkasan karyawan itu terjadi di tengah masa sulit bagi Meta. Pasalnya, perusahaan sedang menghadapi tren penurunan pendapatan, disertai peningkatan biaya operasional signifikan.

Zuckerberg mengatakan perusahaan tengah melakukan pengurangan di berbagai divisi, tetapi perekrutan tidak akan berjalan secara proporsional, sebagai imbas dari rencana perusahaan untuk merekrut lebih sedikit tenaga kerja pada 2023. Meta memperpanjang periode pembekuan perekrutan hingga kuartal pertama tahun depan dengan sedikit pengecualian.

"Ini merupakan momen sedih, dan tidak ada jalan lain untuk itu. Untuk mereka yang pergi, sekali lagi saya mengucapkan terima kasih untuk seluruh kontribusi yang diberikan di sini," ujarnya.

6. Twitter

Perusahaan penyedia platform media sosial ini kerap melakukan PHK secara masif pasca diakuisisi oleh Elon Musk pada tahun lalu. Gelombang PHK pertama terjadi pada November 2022, di mana 7.500 karyawan terdampak.

Perampingan tersebut dilakukan secara mendadak. Sejumlah sumber menyebutkan, pemangkasan dilakukan untuk menutup biaya akuisisi Elon Musk senilai 44 miliar dollar AS.

Baca juga: Pengusaha Sebut 1 Juta Pekerja Kena PHK pada 2022

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Rupiah Melemah terhadap Dollar AS, Sri Mulyani: Lebih Baik dari Baht hingga Ringgit

Rupiah Melemah terhadap Dollar AS, Sri Mulyani: Lebih Baik dari Baht hingga Ringgit

Whats New
5 Minimal Saldo BRI untuk Tarik Tunai ATM Sesuai Jenis Tabungannya

5 Minimal Saldo BRI untuk Tarik Tunai ATM Sesuai Jenis Tabungannya

Spend Smart
Seleksi CPNS 2024 Dimulai Juni-Juli, Masih Ada 4 Instansi Belum Mengisi Rincian Formasi

Seleksi CPNS 2024 Dimulai Juni-Juli, Masih Ada 4 Instansi Belum Mengisi Rincian Formasi

Whats New
[POPULER MONEY] Indonesia Selangkah Lebih Dekat Gabung Klub Negara Maju | Pesan Bea Cukai ke 'Jastiper'

[POPULER MONEY] Indonesia Selangkah Lebih Dekat Gabung Klub Negara Maju | Pesan Bea Cukai ke "Jastiper"

Whats New
XL Axiata Ubah Susunan Direksi dan Komisaris

XL Axiata Ubah Susunan Direksi dan Komisaris

Whats New
Ketidakpastian Global Percepat Adopsi 'Blockchain'

Ketidakpastian Global Percepat Adopsi "Blockchain"

Whats New
XL Axiata Bakal Tebar Dividen Rp 635,55 Miliar

XL Axiata Bakal Tebar Dividen Rp 635,55 Miliar

Whats New
Instansi Pemerintah Diminta Segera Selesaikan Rincian Formasi ASN 2024

Instansi Pemerintah Diminta Segera Selesaikan Rincian Formasi ASN 2024

Whats New
Starlink Segera Beroperasi di RI, Telkom Tak Khawatir Kalah Saing

Starlink Segera Beroperasi di RI, Telkom Tak Khawatir Kalah Saing

Whats New
Pandu Sjahrir Ungkap Tantangan Industri Batu Bara, Apa Saja?

Pandu Sjahrir Ungkap Tantangan Industri Batu Bara, Apa Saja?

Whats New
Dukung Efisiensi Energi dan Keberlanjutan, Pupuk Kaltim 'Revamping' Pabrik Tertua

Dukung Efisiensi Energi dan Keberlanjutan, Pupuk Kaltim "Revamping" Pabrik Tertua

Whats New
Seleksi Sekolah Kedinasan Dimulai Mei, CASN 2024 Digelar Juni

Seleksi Sekolah Kedinasan Dimulai Mei, CASN 2024 Digelar Juni

Whats New
Indodax: Pencucian Uang dengan Aset Kripto Mudah Dilacak

Indodax: Pencucian Uang dengan Aset Kripto Mudah Dilacak

Whats New
Penjualan iPhone Anjlok Hampir di Seluruh Negara di Dunia

Penjualan iPhone Anjlok Hampir di Seluruh Negara di Dunia

Whats New
Menpan-RB Pastikan Seleksi CPNS 2024 Bebas Joki dan Titipan Pejabat, Ini Alasannya

Menpan-RB Pastikan Seleksi CPNS 2024 Bebas Joki dan Titipan Pejabat, Ini Alasannya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com