Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Buwas Beberkan Modus Mafia Raup Untung Besar dari Beras Impor

Kompas.com - 04/02/2023, 10:30 WIB
Muhammad Idris

Penulis

KOMPAS.com - Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso atau Buwas menuding ada oknum yang menjual beras Bulog kepada pedagang dengan harga mahal. Oknum tersebut, baik pedagang beras maupun pegawai Bulog, sengaja menghalangi pedagang membeli beras langsung dari Bulog.

Buwas mengatakan Bulog menjual beras Rp 8.300 per kg, sehingga seharusnya beras tersebut dijual paling mahal ke konsumen sesuai harga eceran tertinggi (HET) sebesar Rp 9.400.

Namun, penjual yang terhalangi membeli beras dari Bulog harus membeli beras dari oknum dengan harga di atas Rp 8.300 per kg. Hal ini membuat harga di tingkat konsumen mahal.

Kata Budi, kenaikan harga beras tersebut disebabkan oleh oknum yang ingin mengambil untung dari beras impor. Sebaliknya, pedagang berpendapat, harga beras naik karena Bulog belum menyalurkan cadangan impornya.

Selain menghalangi pedagang bisa langsung membeli dari Bulog, Buwas juga membeberkan modus lain yang dilakukan para oknum mengambil untung besar dari beras impor. 

Baca juga: Sri Mulyani Jawab Kritik Utang Pemerintah Bengkak Rp 7.734 Triliun

Modus penyalahgunaan beras impor

Dikutip dari Harian Kompas, dugaan praktik penyalahgunaan cadangan beras pemerintah atau CBP yang berasal dari impor berpotensi terjadi di tingkat pedagang.

Dugaan itu muncul saat inspeksi mendadak atau sidak di kompleks gudang Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta, Jumat 3 Februari 2023. Temuan tersebut akan dilaporkan kepada Satuan Tugas atau Satgas Pangan.

Buwas menggelar sidak bersama dengan Direktur Utama PT Food Station Tjipinang Jaya Pamrihadi Wiraryo. Selama sidak, ada tiga gudang yang ditinjau secara berurutan, yakni Nomor E10, E3, dan D4.

Berdasarkan pantauan di dalam gudang Nomor E10, terdapat tumpukan beras bermerek Bulog pada karung dengan kemasan 50 kilogram.

Baca juga: Kata Sri Mulyani, Pemilu 2024 Bakal Sedot APBN Rp 25 Triliun

Di sebelahnya, terdapat karung dan kemasan kosong dengan berbagai merek ataupun volume. Pemilik gudang itu sedang tidak berada di lokasi saat sidak tersebut.

Berdasarkan inspeksinya, Budi menduga, ada dua modus penyalahgunaan beras impor yang diharapkan dapat mengendalikan harga di tingkat konsumen, setidaknya sesuai harga acuan pemerintah

"Sebenarnya saya sudah menerima laporan intelijen terkait hal ini. Inilah pentingnya menelusuri downline penjualan beras impor untuk memastikan konsumen dikenai harga eceran tertinggi (beras medium). Komitmen pedagang dalam hal ini menjadi penting," ujarnya di Cipinang.

Modus pertama, lanjut Budi, beras berkualitas premium yang diimpor Bulog dicampur dengan beras lain sehingga dapat dijual dengan harga di atas rentang harga beras medium.

Baca juga: Kata Mentan Stok Beras Surplus, Tapi Kok Impor?

Kedua, pedagang mengemas ulang beras impor dari Bulog dengan karung bermerek lain dan volume di bawah 50 kg. Menurut dia, kedua modus tersebut berpotensi berujung pada pidana karena ada unsur penipuan terhadap konsumen.

Celah ambil untung tersebut muncul lantaran beras yang diimpor Bulog, mayoritas dari Vietnam dan Thailand, berkualitas premium.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com