Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Periset BRIN: Memilih Kalteng untuk Food Estate adalah Pilihan Tepat

Kompas.com - 06/02/2023, 19:04 WIB
Fransisca Andeska Gladiaventa,
A P Sari

Tim Redaksi

Kondisi pertanian jauh lebih baik

Selama mendampingi para masyarakat transmigrasi dalam Bertani di lahan rawa di Kalteng, Susilawati mengaku kondisi pertanian di sini jauh lebih baik sejak adanya program Food Estate.

Susilawati mengaku, selama mendampingi masyarakat transmigrasi dalam bertani di lahan rawa di Kalteng, kondisi pertanian menjadi lebih baik berat program food estate.

“Ketika mengolah lahan rawa pasang surut dengan cara tradisional dan ditanami dengan padi lokal memakan waktu yang cukup lama dalam setahun, mungkin hanya bisa sekali tanam. Sedangkan hasil yang di dapat juga hanya satu sampai dua ton per hektar. Sekarang dengan teknologi dan bibit unggul, serta adaptasi bagus menghasilkan panen yang mencapai empat ton lebih,” tutur Susilawati.

Di daerah Belanti Siam, lanjut dia, produksinya sudah hampir sama dengan daerah-daerah yang ada di Jawa. Pasalnya, lahan-lahan yang ada di daerah itu sudah bagus dan para petaninya sudah mulai berani menggunakan benih varietas hibrida.

Baca juga: Dukung Ketahanan Pangan Nasional, Kementan Fokus Awasi Praktik Alih Fungsi Lahan

“Saat ini mungkin produksinya sudah di atas lima ton atau hampir sama dengan rata-rata nasional dan akhirnya tidak lagi di bawah enam hingga tujuh ton. Untuk melalui proses penanaman hibrida seluas-luasnya itu petani harus memiliki modal yang besar. Sayangnya, dari bantuan yang diberikan pemerintah, produksi rata-rata mungkin hanya berkisar tiga sampai empat ton,” katanya.

Menurutnya, ia menyayangkan apabila pemerintah pusat menghentikan bantuan dalam pengembangan food estate. Sebab, bila bantuan itu dibarengi dengan infrastruktur dan penguatan sumber daya manusia (SDM), hasilnya akan sangat jauh berbeda.

“Artinya diharapkan bahwa ini adalah investasi yang dibuat. Tentunya harus berani dan petani yang meninggalkan lahannya bisa segera balik. Ayo kita bersama-sama dan harus kita dampingi,” harapnya.

Tak hanya itu, Susilawati mengungkapkan, banyak investor asing yang berminat untuk menggarap lahan food estate di sini. Investor asing ini datang dengan anggaran dan teknologi yang dibawa langsung dari negaranya.

Katanya, ada investor asing dari Korea Selatan (Korsel) yang ingin mengelola seluas 10.000 hektar dan mengaku sudah mendapatkan hak guna usaha (HGU).

“Baru-baru ini saya bertemu dengan investor dari Korsel dan ingin mengelola seluas 10.000 hektar. Tak hanya itu, investor ini juga mengaku sudah menghadap di Jakarta dan mendapatkan HGU. Saya berharap pemerintah tidak menyerahkan ini ke investor asing,” ungkap Susilawati.

Baca juga: Dinas TPHP Kalteng Sebut Food Estate Bantu Tumbuhkan Indeks Pertanian dan Ekonomi Petani

Punya dampak besar bagi mahasiswa

Akademisi Universitas Palangkaraya (UPR) Kalimantan Tengah (Kalteng) Eka Nur Taufik menilai program food estate di wilayahnya memiliki dampak positif yang sangat besar terhadap kemajuan mahasiswa. Bahkan, tak sedikit lulusannya kini bergelut dan menjadi petani muda.

“Saya bingung dengan banyak yang berpendapat bahwa program food estate ini gagal, padahal program masih terus berproses. Banyak mahasiswa UPR yang melakukan penelitian di sana dan lulus dengan nilai bagus,” ujar Eka.

Lanjut Eka, banyak di antara mahasiswanya yang melakukan penelitian dan pengembangan diri pada lahan food estate yang diimplementasikan dalam bentuk tugas akhir atau skripsi.

“Oleh karena itu, kalimat gagal dalam program tersebut tidak memiliki dasar, karena sampai saat ini program food estate masih berjalan dengan baik,” jelas Eka.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com