Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Siswanto Rusdi
Direktur The National Maritime Institute

Pendiri dan Direktur The National Maritime Institute (Namarin), sebuah lembaga pengkajian kemaritiman independen. Acap menulis di media seputar isu pelabuhan, pelayaran, kepelautan, keamanan maritim dan sejenisnya.

B/L Elektronik, Tuntasnya Digitalisasi Pelayaran?

Kompas.com - 26/02/2023, 13:49 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Sekadar catatan, dunia pelayaran (internasional) menerbitkan sekira 45 juta B/L setiap tahunnya. Pada 2021, hanya 1,2 persen saja yang diterbitkan dalam format elektronik.

Secara umum bill of lading adalah dokumen yang berfungsi sebagai tanda terima atau receipt atas barang yang dikapalkan dan memuat syarat dan ketentuan bagi pihak pengangkut dan pemilik barang.

Bagi Indonesia, kabar bahwa akan terjadi migrasi dari B/L kertas ke format elektronik jelas suatu hal yang cukup menggembirakan tentunya. Momentumnya bertepatan dengan program digitalisasi dalam bidang logistik yang saat ini tengah digencarkan.

Dalam catatan penulis di laman ini sebelumnya, program Ekosistem Logistik Nasional (ELN) masih menyisakan loophole, yaitu tidak atau belum dapat diintegrasikannya program tersebut ke dalam ekosistem pelayaran. Dan, salah satunya adalah eBL.

Hal itu terjadi karena antara sistem TI pelayaran asing yang sudah menjalankan eBL dengan platform yang ada di Indonesia, terutama dengan sistem yang dikelola oleh pemerintah, semisal, Indonesia National Single Window, tidak bisa berkomunikasi.

Kalaupun sudah terhubung belum sepenuhnya mulus. Akhirnya tak terhindarkan B/L tetap dalam format aslinya berupa dokumen kertas. Inilah alasan mengapa bisnis pelayaran domestik masih belum sepenuhnya paperless.

Konosemen konvensional tadi mengakibatkan proses yang terkait dengannya, misalnya pembayaran-pembayaran biaya/tagihan, juga tidak sepenuhnya bisa digital.

Ditambah tidak semua kantor di pelabuhan, bank khususnya, yang beroperasi 24 jam sehari dan 7 hari seminggu. Lengkaplah sudah kelambatan upaya go digital yang sudah digeber selama ini.

Upaya digitalisasi eBL sudah dimulai, sampai derajat tertentu, melalui Tradelens. Ini merupakan anjungan digital yang diinisiasi oleh IBM dan pelayaran Maersk di kota San Francisco, AS, pada Januari 2018.

Sebagai inisiator, operator asal Denmark itu meniatkan kerja mereka untuk kemaslahatan bisnis pelayaran dunia.

Ide perlunya platform itu selanjutnya dikembangkan lebih konkret oleh IBM dengan menggandeng GTD Solution Inc, perusahaan yang fokus dalam bidang digitalisasi sektor transportasi/logistik, anak usaha Maersk.

Niatan Maersk menjadikan Tradelens sebagai platform bersama bagi insan pelayaran disambut baik oleh raksasa pelayaran lainnya seperti CMA CGM (Perancis) dan Mediteranian Shipping Company/MSC (Swiss).

Saat ini sudah ratusan entitas bisnis terminal, perusahaan truk, pergudangan, dan lain sebagainya bergabung ke dalam anjungan itu. Mereka berasal dari berbagai belahan dunia.

Sekarang, gawean eBL didukung pula CMA CGM, Hapag-Lloyd, ONE, Evergreen, Yang Ming, HMM dan ZIM.

Para pemerhati bisnis pelayaran menyebutkan bahwa ada banyak dokumen lain selain B/L dalam pengiriman barang yang juga perlu didigitalisasi.

Itu artinya, tidak ada gunanya eBL jika para pihak dalam perdagangan internasional masih tetap perlu mengirimkan sertifikat asal (certificate of origin), tagihan dan lain sebagainya dalam bentuk fisik.

Rupanya, digitalisasi pelayaran masih perlu menempuh jalan Panjang. Semoga lancar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com