Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Bahan Pokok di Perbatasan Kaltara Mahal, DPR Minta Jokowi Bangun Akses Jalan di PLBN

Kompas.com - 01/03/2023, 20:13 WIB
Ade Miranti Karunia,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

TARAKAN, KOMPAS.com - Harga bahan pokok di perbatasan Kalimantan Utara (Kaltara) mahal, misal sekotak Indomie mencapai Rp 200.000, semen Rp 1,4 juta per karung (berat 40-50 kg). Komisi VI DPR mendesak pemerintah untuk membangun akses jalan untik Pos Lintas Batas Negara (PLBN) agar aktivitas perekonomian warga tidak terhambat dan harga barang dan jasa jadi mahal. 

Hal tersebut disampaikan anggota Komisi VI DPR RI, Deddy Yevri Hanteru Sitorus, saat ditemui Kompas.com di Tarakan, Kaltara, Rabu (1/3/2023).

Menurut dia, akses jalan menuju proyek pembangunan PLBN di Nawang dan Long Midang belum mumpuni bahkan tidak ada sama sekali.

"Tadi malam ngobrol sama Pak Jokowi, "Pak (presiden) yang satu sudah selesai, tapi yang satu progresnya (PLBN) rendah, dan satu batal total karena tidak ada satu pun jalan akses. PLBN yang belum terbangun akan ditender ulang dengan RAB (rencana anggaran biaya) yang baru," ujar Deddy. 

"Yang 48 kilometer dari Binuang ke Long Midang direncanakan dari dana ADB (Asian Development Bank). Tapi sampai sekarang belum ada kepastian. Di luar itu, masih ada bukit-bukit yang harus digeometri istilahnya mereka, itu sekitar enam kilometer," lanjut dia.

Baca juga: Jokowi Sebut di Kaltara Bakal Dibangun Pabrik Baterai EV, Aluminium, dan Petrokimia

Desakan segera dibangunnya akses jalan perbatasan tersebut dilatarbelakangi aktivitas perekonomian di sana yang terhambat serta membuat kebutuhan pangan semakin mahal.

Deddy yang merupakan legislator Daerah Pemilihan (Dapil) Kalimantan Utara ini mengatakan biaya kirim bahan pokok dikenakan Rp 1,2 juta.

"Yang di Krayan itu Rp 200.000 (1 kotak Indomie). Karena diterbangkan pakai pesawat. Penduduk di Krayan sekitar 15.000an kalau enggak salah," sebutnya.

Baca juga: Jelang Ramadhan, Jokowi Pastikan Harga dan Stok Pangan di Pasar Kaltara Tak Ada Masalah

Apalagi selama ini, kata Deddy, banyak masyarakat di Krayan membeli kebutuhan bahan pokok dari Malaysia karena harganya yang murah.

"Karena kan sebenarnya, barang-barang di Malaysia itu barang subsidi. Jadi selama itu dibiarkan lolos (masuk) ke kita karena ini kan satu keluarga (rumpun). Tapi karena Indonesia, jadi langsung dipotong gitu," ucapnya.

Sementara itu, dia kerap mendapat keluhan dari masyarakat di sana yang berharap akses jalan perbatasan bisa segera dibangun untuk memperlancar aktivitas perekonomian.

"Kalau melihat proses penganggaran dua tahun terakhir, itu berkurang terus. Sekarang warga di perbatasan sudah mulai gerah, mulai demo-demo. Ini yang bikin aku pusing dan maksa presiden," ungkap Deddy.

Baca juga: Soal Beli Elpiji 3 Kg Pakai KTP, Dirjen Migas: Tidak Ada Pembatasan Tahun Ini

 


Dalam pemberitaan Kompas.com, sebelumnya empat PLBN di Provinsi Kalimantan Utara ditargetkan selesai secara keseluruhan pada tahun ini. Pembangunan PLBN ini dilaksanakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

PLBN dibangun untuk meningkatkan daya saing nasional, pemerataan hasil pembangunan, sekaligus mengurangi disparitas, khususnya di wilayah 3T yaitu terdepan, terluar, maupun tertinggal.

Adapun keempat PLBN tersebut yaitu PLBN Terpadu Labang, PLBN Terpadu Long Nawang, PLBN Terpadu Sei Pancang, dan PLBN Terpadu Long Midang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Capai 12,5 Persen, Pertumbuhan Ekonomi Dua Wilayah Ini Tertinggi di Indonesia

Capai 12,5 Persen, Pertumbuhan Ekonomi Dua Wilayah Ini Tertinggi di Indonesia

Whats New
Per Februari 2024, Jumlah Pengangguran RI Turun Jadi 7,20 Juta Orang

Per Februari 2024, Jumlah Pengangguran RI Turun Jadi 7,20 Juta Orang

Whats New
Pembangunan Infrastruktur di Australia Jadi Peluang untuk Produsen Baja Lapis RI

Pembangunan Infrastruktur di Australia Jadi Peluang untuk Produsen Baja Lapis RI

Whats New
KAI Ubah Pola Operasi, 21 Kereta Berhenti di Stasiun Jatinegara

KAI Ubah Pola Operasi, 21 Kereta Berhenti di Stasiun Jatinegara

Whats New
Kejar Target 1 Juta Barrel Minyak, Industri Hulu Migas Hadapi Keterbatasan Rig

Kejar Target 1 Juta Barrel Minyak, Industri Hulu Migas Hadapi Keterbatasan Rig

Whats New
PGN Suplai Gas Bumi untuk Smelter Tembaga Freeport

PGN Suplai Gas Bumi untuk Smelter Tembaga Freeport

Whats New
KKP Kembangkan Jejaring Perbenihan Nasional Ikan Nila

KKP Kembangkan Jejaring Perbenihan Nasional Ikan Nila

Whats New
Kemenhub Evaluasi Pola Pengasuhan di STIP Jakarta

Kemenhub Evaluasi Pola Pengasuhan di STIP Jakarta

Whats New
Konsumsi Rumah Tangga Kembali Jadi Penopang Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada Kuartal I-2024

Konsumsi Rumah Tangga Kembali Jadi Penopang Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada Kuartal I-2024

Whats New
Frekuensi Perjalanan LRT Jabodebek Ditambah, Waktu Tunggu Lebih Cepat

Frekuensi Perjalanan LRT Jabodebek Ditambah, Waktu Tunggu Lebih Cepat

Whats New
Kepala Bappenas Sebut Pembangunan IKN Capai 80,82 Persen

Kepala Bappenas Sebut Pembangunan IKN Capai 80,82 Persen

Whats New
Simak Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Simak Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Spend Smart
Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta Tutup, Bagaimana Prospek Sahamnya?

Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta Tutup, Bagaimana Prospek Sahamnya?

Earn Smart
Ada Regulasi Ketransmigrasian Baru, Kemendes Sebut Sebagai Modal Pengembangan Transmigrasi Modern

Ada Regulasi Ketransmigrasian Baru, Kemendes Sebut Sebagai Modal Pengembangan Transmigrasi Modern

Whats New
Bagaimana Rekomendasi IHSG Pekan Ini? Simak Aneka Sentimen yang Memengaruhinya

Bagaimana Rekomendasi IHSG Pekan Ini? Simak Aneka Sentimen yang Memengaruhinya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com