BEIJING, KOMPAS.com - China secera resmi menetapkan target petumbuhan ekonomi tahun 2023 sebesar 5 persen. China berusaha menghidupkan kembali ekonomi setelah satu tahun mengalami pertumbuhan yang lemah ketika penanganan pandemi.
Seiring dengan itu, Negeri Tirai Bambu ini juga dikabarkan meningkatkan anggaran militer sebesar 7,2 persen menjadi 224 miliar dollar AS. atau sekitar Rp 3.437,2 triliun (kurs Rp 15.300 per dollar AS).
Dua terget tersebut dipaparkan dalam pertemuan tahunan Kongres Rakyat Nasional (NPC) pada Minggu (5/3/2023).
Baca juga: Optimisme Ekonomi China Dorong Kenaikan Harga Minyak Dunia
Perdana Menteri Li Keqiang menuturkan, ekonomi China sedang dalam proses pemulihan yang stabil.
"Menunjukkan potensi dan momentum yang besar untuk pertumbuhan lebih lanjut," ujar dia dikutip dari CNN, Senin (6/3/2023).
Kenaikan anggaran militer ini terjadi selama dua tahun berturut-turut. Tahun lalu, pertumbuhan pengeluaran militer tercatat sebesar 7 persen dan melampaui target jadi 7,1 persen tahun lalu.
Meskipun demikian, angka tersebut tetap jauh di bawah ekspansi dua digit pada tahun-tahun sebelumnya.
“Angkatan bersenjata harus mengintensifkan pelatihan dan kesiapsiagaan militer secara menyeluruh, mengembangkan panduan strategis militer baru, mencurahkan energi yang lebih besar untuk pelatihan dalam kondisi pertempuran dan melakukan upaya terkoordinasi dengan baik untuk memperkuat kerja militer di semua arah dan wilayah,” ujar Li.
Di sisi lain, target pendapatan domestik bruto (PDB) dan anggaran militer jadi pos yang paling ketat diawasi. Hal ini terutama lantaran China baru saja keluar dari kebijakan nol Covid-19 yang menguras ekonominya.
Sebelumnya, pada tahun 2022 PDB China meningkat hanya 3 persen. Angka tersebut meleset dari target resmi sebesar 5,5 persen. Pertumbuhan ekonomi ini jadi yang terendah sejak tahun 1976.
Meskipun demikian, Moody's Investors Service memproyeksikan pertumbuhan China akan menjadi 5 persen pada tahun 2023 dan 2024.
Bukan tanpa halangan, ekonomi global justru banyak diproyeksikan akan melemat pada tahun ini karena kenaikan suku bunga dan perang Rusia-Ukraina.
Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan pada bulan Januari, pertumbuhan global akan melambat dari 3,4 persen pada 2022 menjadi 2,9 persen pada 2023.
Baca juga: Kurangi Ketergantungan dari China, RI Bakal Bangun Pabrik Panel Surya
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.