Budi menceritakan, begitu ada pelanggan yang mengajukan order, otomatis operator di Head Truck dan RTGC bisa langsung bergerak. Sehingga, pengguna jasa bisa mendapatkan kepastian, termasuk lokasi kontainer mereka.
“Tidak ada lagi pelanggan yang bisa minta didahulukan, padahal datangnya belakangan. Sewaktu sistemnya masih manual, persoalan ini menjadi isu di terminal,” lanjut Budi.
Sistem pembayaran biaya ekspor-impor di JICT juga sudah bisa dilakukan secara online menggunakan aplikasi Web Billing (WEBI) atau Mobile Apps berbasis Android. Pengguna jasa juga tak perlu lagi datang ke pelabuhan untuk melakukan pembayaran.
“Dulu mereka harus membawa uang ratusan juta rupiah hanya dalam tas kresek. Sekarang mereka bisa melakukannya melalui ATM atau internet banking bank-bank pemerintah,” tambah dia.
Sebagai informasi, hingga November 2022, arus barang di JICT mencapai 1,8 juta TEUs. Budi memperkirakan nilai ini akan terus meningkat dan bisa mencapai total arus barang di atas dua juta TEUs.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.