KOLOM BIZ
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Experd Consultant
Eileen Rachman dan Emilia Jakob
Character Building Assessment & Training EXPERD

EXPERD (EXecutive PERformance Development) merupakan konsultan pengembangan sumber daya manusia (SDM) terkemuka di Indonesia. EXPERD diperkuat oleh para konsultan dan staf yang sangat berpengalaman dan memiliki komitmen penuh untuk berkontribusi pada perkembangan bisnis melalui layanan sumber daya manusia.

Zoom In–Zoom Out

Kompas.com - 06/05/2023, 08:03 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Bekerja adalah berupaya dengan segenap akal budi untuk memenuhi tanggung jawab terhadap diri sendiri, keluarga, dan masyarakat - Jakob Oetama

PADA salah satu proses diskusi performa kerja, seorang anak muda yang menempati posisi administrasi bertanya, “Mengapa saya harus melakukan hal yang berulang dan membosankan seperti ini? Saya ingin berkontribusi pada perusahaan ini, sementara saya merasa apa yang saya lakukan hanyalah hal-hal monoton dan tidak penting seperti ini.”

Atasannya kemudian menjawab, “Apa yang Anda lakukan membuat perusahaan ini dikenal sebagai juara dalam memberikan servis karena kita dapat merespons pelanggan dengan lebih cepat dan tepat berkat kerapian data yang kita miliki. Kita dapat mengungguli kompetitor-kompetitor kita. Tim kreatif pun dapat mencuatkan ide-ide baru berkat kumpulan data yang dilakukan oleh tim Anda. Jadi menurut Anda, seberapa pentingnya Anda bagi perusahaan ini?”

Bayangkan, betapa berbeda persepsi antara pemimpin dan bawahannya itu. Dalam sudut pandang junior yang ada pada percakapan tersebut, ia cenderung berfokus pada lingkup pekerjaannya saja, tetapi tidak menyadari besarnya peran bagi organisasi.

Baca juga: Manusiawi dalam Pengembangan SDM

Pada masa awal seorang individu merintis karier, mereka umumnya memang dituntut untuk terampil dalam lingkup pekerjaannya. Mereka harus menguasai banyak sekali keterampilan teknikal untuk dapat berprestasi dalam pekerjaannya.

Namun, semakin berkembang lingkup tanggung jawab yang dimiliki, individu itu perlu memperluas cakrawalanya. Tidak hanya pada divisi tempatnya berada, tetapi juga bagaimana keterkaitan antara satu divisi dengan divisi lainnya. Bahkan, hubungan organisasinya dengan situasi-situasi eksternal yang sedang terjadi.

Bila sudah jadi pemimpin, ia perlu melihat sejauh mana kesuksesan dan kekurangan perusahaannya di tengah persaingan yang ada. Ia pun harus bisa melihat keunikan yang dimilikinya dan bagaimana hal tersebut dapat berperan dalam kompetisi.

Baca juga: Budaya Umpan Balik

Kemudian, ia juga harus memahami yang bisa diajak berkolaborasi agar perusahaannya dapat semakin unggul dan apa yang sedang dibutuhkan oleh pelanggan. Belum lagi, pemahaman mengenai bagaimana kita dapat menjadi lebih unggul dari kompetitor dan juga dampak perubahan situasi politik, ekonomi, sosial, dan budaya (poleksosbud) terhadap perusahaan.

Terakhir, bagaimana menjawabnya?

Pemimpin perlu “terbang” untuk melihat konstelasi bisnisnya dari perspektif yang lebih luas di tengah pasar.

Eileen RachmanDok. EXPERD Eileen Rachman
Bayangkan, pemimpin yang bersikeras menjalankan apa yang sudah dilakukannya selama ini dan enggan untuk “terbang” sejenak. Ia akan berjalan di tempat, bahkan mungkin suatu saat, perusahaannya akan tergilas raksasa yang lebih besar.

Bagaimana dengan pernyataan bahwa pemimpin harus hands on, blusukan, bisa turun tangan, dan berada bersama-sama dengan tim kerjanya?

Baca juga: Geser Gaya Kepemimpinan Anda

Tidak perlu waktu khusus untuk zoom-out atau melihat dari jarak jauh untuk menyadari bahwa pemimpin harus punya kompetensi tersebut. Persepsi itu juga harus dibawa seorang pemimpin ketika bersama dengan anak buahnya sekalipun.

Bill Gates juga kerap meninggalkan kantornya, mencari tempat ia bisa membaca buku-buku baru dan berefleksi dengan tenang.

 

Kita bisa mengambil jarak sejenak, melakukan zoom out, melihat dari perspektif yang berbeda untuk nanti kembali lagi melakukan zoom in, dan melihat secara detail proses bisnis yang sedang berlangsung. Lalu, kembali lagi “terbang” dan menyaksikan perkembangan perusahaan dari kejauhan setelah menerapkan berbagai perbaikan.

Mengembangkan perspektif “helicopter view

“It is a framework for seeing interrelationships rather than things, for seeing patterns of change rather than static snapshots.” - Peter Senge

Baca juga: Organisasi “Talent-Centric”

Ilmuwan legendaris seperti Descartes dan Newton mengungkapkan, cara untuk memahami masalah secara keseluruhan adalah dengan melihat posisi situasi dalam konteks yang lebih menyeluruh.

Kalau perlu, kita juga harus melihat perkembangan sejarahnya dan bagaimana perjuangannya pada masa lalu. Dengan begitu, kita dapat menyadari bagaimana dapat berdiri di posisi saat ini dan memiliki gambaran apa yang perlu diperbaiki untuk masa mendatang.

Sebagai informasi, konsep helicopter view (melihat dari kejauhan) ini diawali oleh perusahaan yang bergerak di bidang minyak dan gas dan berpusat di Belanda, Royal Dutch Shell Company.

Perusahaan tersebut berhasil mengenali kompetensi yang dimiliki para eksekutifnya yang cemerlang dalam melihat tren masa depan dan menyusun strategi unggulnya.

Mereka tidak hanya melihat hutan dan kumpulan pohonnya, tetapi juga memahami bagaimana komposisi ekosistem dari pepohonan tersebut dapat menunjang kehidupan hutan berjalan dengan selaras.

Baca juga: FOMO

Mengembangkan perspektif melihat dari kejauhan merupakan upaya latihan yang perlu dilakukan secara terus-menerus. Ada tiga langkah yang bisa kita lakukan secara teratur sampai tindakan ini dapat menjadi kebiasaan, bahkan mendarah daging dalam karakter kita.

Pertama, lakukan zoom out dengan mengambil jarak secara mental dari situasi terkini. Bila kita ingin menikmati keindahan sebuah lukisan, kita tentu perlu mengambil jarak beberapa langkah dari lukisan tersebut sehingga dapat melihat keindahannya secara keseluruhan. Jarak yang terlalu dekat dengan lukisan justru akan membuat kita kesulitan untuk memahaminya.

Dalam mengamati situasi ini, kita bisa jadi terkejut ketika mendapati apa yang kita lihat dari kejauhan ternyata berbeda dibandingkan ketika kita berada di dekatnya. Kita bisa mendapati hal-hal baru yang luput dari perhatian kita sebelumnya.

Baca juga: Mentalitas Silo

Kedua, gambarkan situasi yang sedang dihadapi saat ini, tetapi dengan perspektif seolah-olah hal ini terjadi lima tahun ke depan.

Lalu, pertanyakan, apa yang akan Anda lakukan pada saat itu? Keputusan-keputusan apa yang akan Anda ambil? Anda bahkan bisa membuat beberapa skenario, menyimulasikannya lengkap dengan dampak yang mungkin terjadi, sebelum kemudian membuat pilihan strategi yang akan diimplementasikan.

Ketiga, lakukan proses “zoom in-zoom out” secara berulang-ulang dan bergantian sehingga kita bisa mendapatkan pemahaman secara menyeluruh tanpa meninggalkan hal-hal detail yang mungkin saja penting.

Baca juga: Krisis Nurani

Dengan terbiasa menggerakkan sudut pandang ini, kita akan biasa berpikir strategis dengan melihat dunia secara keseluruhan, melihat industri kita, perusahaan kita, kompetitor kita, dan pelanggan potensial kita dalam 5, 10, dan 15 tahun mendatang.

Once the present and the future are put in perspective, we can focus on the future direction. Helicopter view helps the leader to see from various angles.

 


Terkini Lainnya

Bea Cukai Jember Sita 59 Liter Miras Ilegal Bernilai Belasan Juta Rupiah di Kecamatan Silo

Bea Cukai Jember Sita 59 Liter Miras Ilegal Bernilai Belasan Juta Rupiah di Kecamatan Silo

Whats New
IHSG Berakhir di Zona Merah, Rupiah Stabil

IHSG Berakhir di Zona Merah, Rupiah Stabil

Whats New
Laba Bersih PTBA Turun 51,2 Persen Menjadi Rp 5,2 Triliun pada 2023

Laba Bersih PTBA Turun 51,2 Persen Menjadi Rp 5,2 Triliun pada 2023

Whats New
PTBA Bakal Tebar Dividen Rp 4,6 Triliun dari Laba Bersih 2023

PTBA Bakal Tebar Dividen Rp 4,6 Triliun dari Laba Bersih 2023

Whats New
Bos BI: Kenaikan Suku Bunga Berhasil Menarik Modal Asing ke Pasar Keuangan RI

Bos BI: Kenaikan Suku Bunga Berhasil Menarik Modal Asing ke Pasar Keuangan RI

Whats New
Saat Persoalan Keuangan Indofarma Bakal Berujung Pelaporan ke Kejagung

Saat Persoalan Keuangan Indofarma Bakal Berujung Pelaporan ke Kejagung

Whats New
Luhut Perkirakan Pembangunan Bandara VVIP IKN Rampung Tahun Depan

Luhut Perkirakan Pembangunan Bandara VVIP IKN Rampung Tahun Depan

Whats New
5 Hal di CV yang Bikin Kandidat Tampak Lemah di Mata HRD, Apa Saja?

5 Hal di CV yang Bikin Kandidat Tampak Lemah di Mata HRD, Apa Saja?

Work Smart
Cegah Persaingan Usaha Tidak Sehat, KPPU Tingkatkan Kerja Sama dengan Bea Cukai

Cegah Persaingan Usaha Tidak Sehat, KPPU Tingkatkan Kerja Sama dengan Bea Cukai

Whats New
Pelepasan Lampion Waisak, InJourney Targetkan 50.000 Pengunjung di Candi Borobudur

Pelepasan Lampion Waisak, InJourney Targetkan 50.000 Pengunjung di Candi Borobudur

Whats New
Didukung Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Masih Menjanjikan

Didukung Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Masih Menjanjikan

Whats New
Bangun Smelter Nikel Berkapasitas 7,5 Ton, MMP Targetkan Selesai dalam 15 Bulan

Bangun Smelter Nikel Berkapasitas 7,5 Ton, MMP Targetkan Selesai dalam 15 Bulan

Whats New
Gelar RUPS, Antam Umumkan Direksi Baru

Gelar RUPS, Antam Umumkan Direksi Baru

Whats New
Siap-siap, Antam Bakal Tebar Dividen 100 Persen dari Laba Bersih 2023

Siap-siap, Antam Bakal Tebar Dividen 100 Persen dari Laba Bersih 2023

Whats New
Berkomitmen Sediakan Layanan Digital One-Stop Solution, Indonet Resmikan EDGE2

Berkomitmen Sediakan Layanan Digital One-Stop Solution, Indonet Resmikan EDGE2

Whats New
komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com