Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/06/2023, 12:09 WIB
Kiki Safitri,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Pasar obligasi membaik seiring dengan berakhirnya siklus kenaikan suku bunga Bank Indonesia (BI) dan potensi kebijakan Fed Funds Rate yang lebih akomodatif. Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Dimas Ardhinugraha menilai, kedua katalis ini dapat mendorong penguatan pasar obligasi lebih lanjut.

“Secara historis, pasar obligasi Indonesia menawarkan potensi kinerja yang menarik menyusul jeda kenaikan suku bunga,” ujar Dimas dalam siaran pers, Minggu (4/6/2023).

Menurut Dimas sentimen pasar diperkirakan dapat membaik di semester kedua tahun 2023 seiring dengan kondisi pelemahan ekonomi yang telah dicerna oleh pasar. Sehingga, perhatian beralih menuju potensi kondisi moneter yang lebih akomodatif.

Baca juga: Investasi Obligasi: Definisi, Jenis, dan Untung Ruginya

Dari kawasan Asia, Dimas menilai pelemahan dollar AS seiring siklus suku bunga The Fed sudah mendekati puncaknya menjadi daya tarik tersendiri. Selain itu, ekspektasi pelemahan ekonomi di kawasan negara maju menjadikan kawasan Asia relatif lebih menarik.

Di sisi lain, International Monetary Fund (IMF) merevisi naik proyeksi pertumbuhan PDB Asia di 2023 menjadi 4,6 persen. Adapun salah satu faktor pendorongnya yaitu pemulihan ekonomi China yang lebih baik dari ekspektasi.

Dari domestik, optimisme terhadap prospek pertumbuhan ekonomi domestik masih tetap terjaga. Arus dana asing sebesar Rp 76 triliun masih terus mengalir ke pasar modal Indonesia dalam empat bulan pertama tahun ini, dimana sekitar 76 persen (Rp 58 triliun) dari aliran dana tersebut masuk ke pasar obligasi pemerintah Indonesia.

“Sentimen diharapkan semakin positif memasuki paruh kedua tahun 2023, didorong oleh inflasi domestik yang terkendali dan kondisi makroekonomi domestik yang stabil,” lanjut dia.

Pasar obligasi memiliki hubungan erat dengan outlook makroekonomi negara seperti inflasi, kebijakan suku bunga, stabilitas nilai tukar, dan arus dana asing. Dimas menilai, menariknya pasar obligasi Indonesia saat ini berada pada sweet spot di mana faktor-faktor tersebut pada kondisi yang suportif.

“Inflasi domestik terus melandai, suku bunga sudah di level stabil, nilai tukar rupiah yang kuat, dan terdapat arus dana asing yang masuk ke pasar obligasi. Potensi katalis selanjutnya bagi pasar obligasi adalah ekspektasi pemangkasan suku bunga dari Bank Indonesia,” lanjut Dimas.

Menurut Dimas, langkah logis selanjutnya bagi bank sentral setelah mencapai puncak siklus kenaikan suku bunga adalah untuk melakukan pemangkasan suku bunga.

Di sisi lain, dengan kondisi inflasi terjaga dan nilai tukar rupiah yang stabil, maka terdapat ruang bagi Bank Indonesia untuk dapat melakukan pemangkasan suku bunga yang dapat menjadi katalis tambahan bagi pasar obligasi.

“Bagi investor yang ingin memanfaatkan peluang dari pasar obligasi dapat memanfaatkan reksa dana pendapatan tetap berdenominasi rupiah ataupun dollar AS,” sebut Dimas.

Baca juga: OJK Terbitkan Aturan Baru untuk Reksa Dana Kontrak Investasi Kolektif

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com