Problem itu belum diperberat dengan semakin menyempitnya lahan pertanian yang mengancam kemampuan produksi pangan kita. Menurut Kementerian Agraria dan Tata Ruang, setiap tahun 150.000 - 200.000 hektare lahan sawah berubah menjadi lahan nonsawah, seperti kawasan industri, bandara, pemukiman, dan lainnya.
Di sisi lain gencarnya program food estate, yang sarat kontra, masih menempuh jalan terjal untuk direalisasikan. Sebuah fenomena yang menggambarkan paradoks bagi sebuah negara agraris.
Berbagai studi meramalkan kebutuhan pangan di Indonesia rata-rata meningkat 4,87 persen per tahun, seiring peningkatan laju populasi. Padahal kita masih berkubang dalam menyelesaikan rentetan isu pangan saat ini.
Pertanyaannya, strategi apa yang perlu disusun untuk menjawab berbagai isu pangan yang begitu kompleks? Apakah para kontestan Pilpres 2024 sudah siap menawarkan solusi konkret?
Presiden Jokowi secara berulang menekankan bahwa Pemilu 2024 harus menjadi perhelatan adu ide, bukan adu domba. Pernyataan tersebut perlu direnungkan secara lebih seksama, baik bagi para kontestan politik dan publik sebagai pemilih.
Isu pangan bersifat multidimensi dan multisektoral. Kontestasi Pilpres 2024 sebaiknya jadi ajang fundamental untuk mengukur kedalaman ide-ide strategis demi masa depan pangan Indonesia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.