GREEN economy atau ekonomi hijau pada dasarnya merupakan kegiatan ekonomi dengan penggunaan karbon rendah, hemat sumber alam, dan inklusif secara sosial yang berkelanjutan.
Ekonomi Hijau mempunyai maksud dan tujuan melindungi kelestarian sumber daya alam dan memberikan akses kepada penduduk serta penurunan jumlah kemiskinan.
Blue economy atau ekonomi biru tidak berbeda dengan green economy dari aspek kegiatan ekonomi yang berkelanjutan.
Fokus blue economy dan green economy sedikit berbeda, demikian juga dengan tujuan dan prioritas sektor ekonomi.
Bila green economy Indonesia fokus pada penurunan risiko kerusakan lingkungan untuk menciptakan pembangunan berkelanjutan, maka blue economy lebih difokuskan pada pengembangan dan pengelolaan sektor kelautan dan maritim.
Blue economy selain fokus pada peningkatan mata pencaharian, juga terhadap pelestarian ekosistem kelautan dan pesisir.
Pemerintah Indonesia memiliki target green economy yang rendah karbon net zero emission atau emisi karbon nol pada 2060.
Program tersebut membutuhkan biaya lebih dari Rp 28 triliun. Mayoritas alokasi dana terbesar tersebut untuk mitigasi di sektor transportasi dan energi, yakni sekitar Rp 26 triliun.
Sementara melalui Blue Economy, Indonesia memiliki kekayaan laut yang melimpah. Potensi kekayaan laut di Indonesia mencapai hampir Rp 20 triliun dari 11 segmen usaha.
Melalui konsep blue economy, kekayaan laut dapat meningkatkan mata pencaharian, dan sekaligus melestarikan ekosistem kelautan.
Selain masalah lingkungan, green economy Indonesia juga memiliki potensi di berbagai aspek. Pertama, lapangan pekerjaan.
Menurut Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas, investasi pada ekonomi hijau mampu menciptakan lapangan kerja hingga 10 kali lipat lebih banyak dibandingkan investasi konvensional.
Hal tersebut karena pekerjaan-pekerjaan di sektor hijau dinilai lebih menggunakan tenaga kerja manusia atau padat karya.
Kedua, mengurangi limbah. Dengan green economy, limbah akan dikurangi dari 20 persen hingga 50 persen dibandingkan bisnis konvensional pada 2030.
Dengan begitu, green economy berkontribusi menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) sekitar 125 juta ton karbon dioksida.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya