Selain teknis, gangguan operasional juga bisa menyebabkan keterlambatan terbang. Misalnya, padatnya lalu lintas udara, ada perbaikan di bandara dan sebagainya.
Terkait padatnya lalu lintas udara, ini sebenarnya hanya terjadi pada jam-jam tertentu, misalnya pada pagi atau sore hari, tapi sepi pada siang dan malam. Pada pagi dan sore, maskapai berebut mendapat slot penerbangan sehingga menumpuk lalu lintasnya.
Hal ini sebenarnya sudah diantisipasi dengan pengaturan lalu lintas oleh Airnav Indonesia dan pengaturan di bandara.
Namun demikian dengan alasan bisnis, maskapai tetap menumpuk penerbangan pada waktu-waktu tersebut sehingga terjadi kemacetan pada waktu pesawat akan take off maupun saat akan mendarat, sehingga pesawat pun telat terbang.
Jadi seharusnya jangan penumpangnya yang dianggap sebagai penyebab keterlambatan, karena sudah ada aturan standar pelayanan minimal.
Justru harusnya dilihat bagaimana proses pelayanan yang dilakukan oleh maskapai dan operator lain yang terkait, sudah sesuai dengan aturan atau belum.
Penumpang sebenarnya hanya bisa patuh terhadap aturan dan tidak punya kekuatan untuk membuat pesawat tepat waktu atau telat.
Anehnya, penumpang justru dinyatakan sebagai penyebab keterlambatan. Ibaratnya, sudah jatuh tertimpa tangga. Beginilah nasib penumpang pesawat di Indonesia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.