JAKARTA, KOMPAS.com - Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (Kementan) mengungkapkan, hewan yang terdampak penyakit antraks apabila dikonsumsi manusia dapat menyebabkan kematian.
Hal ini menyusul merebaknya penyakit antraks yang menewaskan tiga warga Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunungkidul, Provinsi DI Yogyakarta.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan Imran Pambudi menjelaskan, mulanya penyakit antraks tersebut menyerang paru-paru, lalu setelahnya akan melepuh dan berujung pada kematian.
"Dampak ke manusia bila daging antraks tetap dimakan maka akan merusak paru paru lalu melepuh. Jadi saya mengimbau kepada semua puskesmas di Gunung Kidul untuk lebih waspada mengingat spora antraks bisa hinggap dimana-mana. Dan sejauh ini kita sudah melakukan penyidikan terpadu melalui satgas. Kemudian survei terhadap yang berisiko dan pengobatan kepada yang terpapar," ujar Imran dalam siaran persnya, Jumat (7/6/2023).
Baca juga: Kementan Sebut Wabah PMK Bikin Produksi Susu Segar Anjlok 32 Persen
Sementara itu, Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner pada Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan, Syamsul Ma'arif mengatakan, penyakit antraks merupakan penyakit zoonosis yang mampu bertahan hingga puluhan tahun apabila hewan ternak yang terpapar tidak dilakukan penanganan yang tepat.
"Sifat bakteri antraks itu dangat berbahaya. Karena itu hewan yang terpapar tidak boleh dibuka. Kalau dibuka bakterinya bisa jadi spora dan bertahan bertahun tahun. Jadi direbus saja tidak aman karena spora bisa bertahan hingga bertahun-tahun," katanya.
Adapun diberitakan sebelumnya, kasus antraks dilaporkan menjangkiti puluhan warga Kelurahan Candirejo, Kapanewon Semono, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Baca juga: Kementan Waspada, Virus Flu Babi Afrika Bangkit Kembali dan Serang RI
Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul, satu orang dilaporkan meninggal dunia akibat antraks. Sementara Data Kementerian Kesehatan menunjukkan jumlah warga yang meninggal sebanyak tiga orang.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul Dewi Irawaty menuturkan, kasus ini bermula ketika warga menyembelih dan mengonsumsi sapi yang sudah mati.
"Dia (warga yang meninggal) ikut menyembelih dan mengkonsumsi. Sapinya kondisinya sudah mati lalu disembelih," kata Dewi kepada Kompas.com, Selasa (4/7/2023).
Baca juga: Strategi BUMN Genjot Produksi Kopi Rakyat di Jawa Tengah
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.