Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Jadi Negara Berpendapatan Menengah ke Atas, Sri Mulyani: Perjalanan Masih Panjang...

Kompas.com - 11/07/2023, 06:06 WIB
Rully R. Ramli,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah tidak berpuas diri dengan kenaikkan status Indonesia menjadi negara berpendapatan menengah ke atas. Pasalnya, pemerintah masih berupaya untuk merealisasikan target jangka panjang Indonesia menjadi negara berpendapatan tinggi.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, kenaikkan pendapatan nasional bruto atau gross national income (GNI) per kapita yang meningkat disertai kenaikan status Indonesia merupakan pertanda baik. Hal ini menunjukkan kondisi perekonomian Indonesia yang terus tumbuh.

Namun demikian, Indonesia masih jauh dari target jangka panjangnya, yakni menjadi negara berpendapatan tinggi atau negara maju. Sebagai informasi, untuk bisa dikategorikan negara berpendapatan tinggi pada 2022, minimal GNI per kapita yang dimiliki suatu negara adalah 12.535 dollar AS. Sementara itu, GNI per kapita Indonesia baru mencapai 4.580 dollar AS.

Baca juga: IMF: PDB Indonesia Paling Besar di ASEAN

"Tentu ini adalah suatu perkembangan yang positif dan baik. Namun, perjalanan kita masih panjang untuk mencapai high income country," tutur Sri Mulyani, dalam Rapat Kerja Badan Anggaran DPR RI, Senin (10/7/2023).

Untuk merealisasikan hal tersebut, Sri Mulyani menekankan, kinerja perekonomian nasional harus terjaga. Dengan demikian, GNI per kapita dapat terus tumbuh.

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) sendiri sempat menyatakan, perekonomian Indonesia harus konsisten tumbuh di kisaran 6-7 persen agar dapat menjadi negara maju sebelum 2045.

"Kinerja dari perekonomian harus terus kita jaga," ujar Sri Mulyani.

Untuk dapat menciptakan pertumbuhan sebesar 6-7 persen secara konsisten diperlukan upaya lebih dari pemerintah. Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai, berbagai aspek yang menjadi motor penggerak perekonomian harus diperkuat.

Baca juga: Di Tengah Ketidakpastian Global, Indonesia Kembali Jadi Negara Berpendapatan Menengah Atas


Penguatan ini meliputi industrialisasi secara masif, integrasi ekonomi digital dengan industri manufaktur dan UMKM, pengembangan potensi ekonomi hijau, hingga pemanfaatan pasar karbon yang maksimal.

"Selain itu SDM berusia muda dan produktif wajib diarahkan mengisi kebutuhan industri sehingga kualitas demografi dan pendapatan per kapita bisa konsisten naik," tuturnya.

Pandangan tidak jauh berbeda juga disampaikan oleh Peneliti Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI, Teuku Riefky. Menurutnya, target menjadi negara maju sebelum 2045 relatif ambisius, namun masih bisa direalisasi dengan upaya luar biasa.

" Yang perlu dilakukan adalah peningkatan produktivitas tenaga kerja dan sektoral melalui perbaikan pendidikan, kesehatan, infrastruktur," ucapnya.

Baca juga: Naik Kelas, Pendapatan Per Kapita RI Masih di Bawah Singapura, Brunei, Malaysia, dan Thailand

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Investasi Rp 10 Miliar, Emiten Perhotelan KDTN Siap Ekspansi Bisnis Hotel Rest Area

Investasi Rp 10 Miliar, Emiten Perhotelan KDTN Siap Ekspansi Bisnis Hotel Rest Area

Whats New
Gandeng Binawan, RSUP dr Kariadi Tingkatkan Keterampilan Kerja Tenaga Kesehatan

Gandeng Binawan, RSUP dr Kariadi Tingkatkan Keterampilan Kerja Tenaga Kesehatan

Whats New
Stok Beras Pemerintah Capai 1,85 Juta Ton

Stok Beras Pemerintah Capai 1,85 Juta Ton

Whats New
Fokus Starlink, Elon Musk Sebut Ada Kemungkinan Investasi Lainnya di Indonesia

Fokus Starlink, Elon Musk Sebut Ada Kemungkinan Investasi Lainnya di Indonesia

Whats New
Lahan Kering di RI Besar, Berpotensi Jadi Hutan Tanaman Energi Penghasil Biomassa

Lahan Kering di RI Besar, Berpotensi Jadi Hutan Tanaman Energi Penghasil Biomassa

Whats New
Riset IOH dan Twimbit Soroti Potensi Pertumbuhan Ekonomi RI Lewat Teknologi AI

Riset IOH dan Twimbit Soroti Potensi Pertumbuhan Ekonomi RI Lewat Teknologi AI

Whats New
Cara Cek Penerima Bansos 2024 di DTKS Kemensos

Cara Cek Penerima Bansos 2024 di DTKS Kemensos

Whats New
IHSG Melemah 50,5 Poin, Rupiah Turun ke Level Rp 15.978

IHSG Melemah 50,5 Poin, Rupiah Turun ke Level Rp 15.978

Whats New
Dari Hulu ke Hilir, Begini Upaya HM Sampoerna Kembangkan SDM di Indonesia

Dari Hulu ke Hilir, Begini Upaya HM Sampoerna Kembangkan SDM di Indonesia

Whats New
Disebut Jadi Penyebab Kontainer Tertahan di Pelabuhan, Ini Penjelasan Kemenperin

Disebut Jadi Penyebab Kontainer Tertahan di Pelabuhan, Ini Penjelasan Kemenperin

Whats New
Perbankan Antisipasi Kenaikan Kredit Macet Imbas Pencabutan Relaksasi Restrukturisasi Covid-19

Perbankan Antisipasi Kenaikan Kredit Macet Imbas Pencabutan Relaksasi Restrukturisasi Covid-19

Whats New
KKP Tangkap Kapal Ikan Berbendera Rusia di Laut Arafura

KKP Tangkap Kapal Ikan Berbendera Rusia di Laut Arafura

Whats New
Defisit APBN Pertama Pemerintahan Prabowo-Gibran Dipatok 2,45 Persen-2,58 Persen

Defisit APBN Pertama Pemerintahan Prabowo-Gibran Dipatok 2,45 Persen-2,58 Persen

Whats New
Bos Bulog Sebut Hanya Sedikit Petani yang Manfaatkan Jemput Gabah Beras, Ini Sebabnya

Bos Bulog Sebut Hanya Sedikit Petani yang Manfaatkan Jemput Gabah Beras, Ini Sebabnya

Whats New
Emiten Gas Industri SBMA Bakal Tebar Dividen Rp 1,1 Miliar

Emiten Gas Industri SBMA Bakal Tebar Dividen Rp 1,1 Miliar

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com