Konsep yang ditawarkan juga penting untuk pengembangan infrastruktur bandara yang berkelanjutan, adaptif terhadap transformasi digital, industri masa depan, dan Industri 5.0.
Visi bandara masa depan memang tidak terlepas dari upaya melakukan kalibrasi faktor teknologi, keamanan, efisiensi operasional, manajemen lalu lintas udara, pengalaman penumpang, berbagai upaya mewujudkan smart connected airport, dan aspek humaniora.
Pendekatan humaniora penting untuk menghindarkan situasi di mana penumpang merasa terintimidasi oleh ekosistem bandara.
Bandara tidak lagi sekadar tempat keberangkatan dan kedatangan penerbangan, tetapi menjadi bagian dari tempat rekreasi itu sendiri, tempat belanja, tempat kuliner dan area publik yang menyenangkan.
Pertanyaan yang selalu ada pada setiap orang ketika baru mendarat di bandara adalah, “berapa jauh dan berapa lama ke hotel atau lokasi tujuan”?
Pertanyaan standar ini menunjukan pada dasarnya setiap orang tidak ingin menempuh jarak terlalu jauh dari bandara ke hotel, atau lokasi tujuan. Buku ini juga menawarkan konsep aerotropolis.
Pada prinsipnya, bandara bisa menjadi sentra untuk pengembangan bisnis, komersial, dan industri serta melahirkan sub-kawasan metropolitan baru, yang berfokus pada transportasi lintas kota, dan lintas negara.
Pada abad ke-21, bandara berevolusi menjadi motor bisnis dan pembangunan perkotaan, dalam bentuk konsep aerotropolis.
Aerotropolis adalah sub-kawasan metropolitan, di mana tata ruang, infrastruktur, dan ekonomi berpusat di bandara, yang berfungsi sebagai inti komersial.
Instrumen inti aerotropolis adalah bandara dan rute udaranya, yang menawarkan konektivitas bagi perusahaan ke pemasok, pelanggan, dan mitra perusahaan mereka yang berada jauh di seluruh tanah air, bahkan dunia.
Aerotropolis diproyeksikan menjadi destinasi baru bagi para wisatawan. Berbeda dengan kota "sekitar bandara" selama ini yang lahir secara natural, konsep aerotropolis harus didukung oleh infrastruktur yang baik.
Jika ini diabaikan, maka akan menimbulkan problem baru seperti kemacetan dan ketidaktertataan.
Konsep aerotropolis yang sukses antara lain adalah Schipol International Airport di Amsterdam, Incheon Internasional Airport di Korea Selatan, Bandara Changi di Singapura, dll.
Buku ini juga mengupas konteks Aerotropolis di IKN, yang menunjuk Bandara SAMS Sepinggan (BPN) sebagai bandara pengumpul primer, dan Bandara APT Pranoto (AAP) Samarinda, sebagai bandara pengumpul sekunder.
Konsep aerotropolis IKN, jika diwujudkan akan mendukung pengembangan IKN secara terintegrasi dengan ekosistem bisnis di sekitarnya dan konektivitas global.
Keberadaan aerotropolis yang berada pada rentang 15 km-30 km dari titik pusat bandara, akan secara sistemik mendorong percepatan pertumbuhan IKN sebagai ibu kota negara baru.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.