JAKARTA, KOMPAS.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak di zona hijau pada awal perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Rabu (13/9/2023). Hal ini berbeda dengan kurs rupiah yang melemah pada perdagangan pasar spot.
Melansir data RTI pukul 9.09 WIB, IHSG berada pada level 6.935,77 atau naik 0,03 persen (1,8 poin) dibanding penutupan sebelumnya pada level 6.933,96.
Sebanyak 202 saham melaju di zona hijau dan 185 saham di zona merah. Sedangkan 224 saham lainnya stagnan. Adapun nilai transaksi hingga saat ini mencapai Rp 940,7 miliar dengan volume 1,7 miliar saham.
Baca juga: Buka-bukaan Lo Kheng Hong, Jual Semua Saham MBSS demi Cicipi PGAS
Analis BinaArtha Sekuritas Ivan Rosanova mengatakan hari ini IHSG masih berpeluang mengalami kenaikan, meskipun masih dalam trend bearish alias melemah. Level support IHSG berada di 6.900, 6.869 dan 6.846, sementara level resistennya di 7.020, 7.058 dan 7.128.
“IHSG masih berpeluang untuk naik ke level 6.995 sebagai resisten Fibonacci berikutnya sebelum melanjutkan struktur wave b menuju 6.846 jika hari ini tetap berada di atas 6.900. Berdasarkan indikator MACD menandakan momentum bearish,” ujar Ivan.
Sementara itu, pasar saham Asia pagi ini bergerak mayoritas pada teritori negatif. Indeks Komposit Shanghai China turun 0,25 persen (7,9 poin) di posisi 3.129,16, Strait Times berada pada level 3.207,7 atau melemah 0,21 persen (6,7 poin).
Sedangkan Nikkei Jepang terkoreksi 0,25 persen (83 poin) pada level 32.693,3 dan Hang Seng Hong Kong naik 0,01 persen (1,3 poin) pada posisi 18.027,26.
Baca juga: Fenomena El Nino Jadi Angin Segar bagi Saham-saham Emiten CPO
Adapun nilai tukar rupiah terhadap dollar AS di pasar spot pagi ini melemah. Melansir data Bloomberg, pukul 09.11 WIB rupiah berada pada level Rp 15.354 per dollar AS, atau turun 13 poin (0,08 persen) dibanding penutupan sebelumnya di level Rp 15.342 per dollar AS.
Pengamat pasar keuangan Ariston Tjendra mengatakan, pelemahan rupiah terjadi karena pasar mengantisipasi kemungkinan inflasi konsumen AS (CPI) bulan Agustus mengalami kenaikan lebih tinggi.
"Rupiah masih berpotensi melemah hari ini terhadap dollar AS. Inflasi yang meninggi bisa mendorong Bank Sentral AS untuk tetap mempertahankan kebijakan suku bunga tinggi untuk waktu yang lebih lama," kata Ariston kepada Kompas.com.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.