Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Korupsi, Sri Mulyani: Karena Ada Perbedaan antara Harga Riil dengan yang Ingin Dibayar

Kompas.com - 14/09/2023, 18:12 WIB
Rully R. Ramli,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Praktik korupsi di Indonesia dinilai semakin parah, terefleksikan dari menurunnya Indeks Persepsi Korupsi pada tahun 2022, dari semula 38 menjadi 34.

Sebagai informasi, data yang dirilis Transpararency International Indonesia (TII) menunjukkan, semakin kecil angka IPK maka semakin parah kondisi korupsi di negara tersebut, dan begitu pun sebaliknya, di mana semakin tinggi skor IPK maka semakin bersih negara itu dari korupsi.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menilai, masih munculnya praktik korupsi, khususnya terkait dengan keuangan negara, tidak terlepas dari adanya perbedaan antara harga riil dengan harga ingin dibayar.

Baca juga: Ibu Kota Negara Pindah ke IKN, Sri Mulyani: Status Jakarta Berubah Menjadi Daerah Khusus

"Kalau dari sisi keuangan negara itu korupsi biasanya itu karena adanya perbedaan antara harga riil dengan apa yang pengen dibayar," kata dia, dalam konferensi pers Seminar Nasional Pencegahan Korupsi dalam Tata Kelola dan Pelayanan Ekspor Impor, di Jakarta, Kamis (14/9/2023).

Bendahara negara mencontohkan, praktik korupsi yang disebabkan adanya perbedaan harga riil dengan harga diinginkan terjadii dalam kegiatan ekspor-impor, di mana oknum ingin menghindari pungutan bea.

"Atau juga dari sisi ingin melakukan kegiatan ilegal," ujarnya.

Oleh karenanya, Sri Mulyani menilai masih terdapat ruang perbaikan terkait tata kelola aspek keuangan seperti aktivitas ekspor-impor, untuk memberantas praktik korupsi.

Menurut dia, apabila suatu regulasi justru menjadi pemicu praktik korupsi, maka regulasi tersebut perlu dibahas dengan kementerian terkait.

Baca juga: Sri Mulyani: Jumlah Pegawai Kementerian Keuangan Akan Semakin Menyusut

"Biasanya tarif seperti pajak impor bea keluar bea masuk memang itu ada tujuan dalam melindungi industri dalam negeri atau ingin memacu suatu kegiatan ekonomi tertentu seperti hilirisasi," tuturnya.

"Nah ini kemudian bisa menimbulkan implikasi dari sisi enforcementnya," sambungnya.

Selain dari sisi regulasi, praktik korupsi juga bisa muncul ketika suplai internasional tinggi, sementara permintaan dari dalam negeri, sehingga muncul praktik ilegal.

"Aktivitas ini yang mungkin akan dilihat secara lebih komprehensif sehingga kita juga menanganinya secara terorganisir," ucapnya.

Baca juga: Sri Mulyani dan Strategi Krisis Ray Dalio

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Cara Bayar Shopee lewat ATM BRI dan BRImo dengan Mudah

Cara Bayar Shopee lewat ATM BRI dan BRImo dengan Mudah

Spend Smart
Apa yang Dimaksud dengan Inflasi dan Deflasi?

Apa yang Dimaksud dengan Inflasi dan Deflasi?

Earn Smart
Gampang Cara Cek Mutasi Rekening lewat myBCA

Gampang Cara Cek Mutasi Rekening lewat myBCA

Spend Smart
Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Whats New
Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Whats New
Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Whats New
Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-'grounded' Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-"grounded" Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Whats New
ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

Whats New
Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Whats New
Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Whats New
ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

Whats New
Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Whats New
Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Whats New
Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Whats New
BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com