Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Strategi Pemerintah Terapkan Energi Bersih di Sektor Ketenagalistrikan

Kompas.com - 19/09/2023, 11:41 WIB
Yohana Artha Uly,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyatakan, transisi energi membutuhkan transformasi yang signifikan pada infrastruktur sektor ketenagalistrikan, terutama di negara-negara berkembang yang masih sangat bergantung pada energi fosil untuk pembangkit listrik.

"Oleh karenanya perlu dilakukan peningkatan penggunaan energi terbarukan serta mengurangi penggunaan pembangkit listrik tenaga batubara secara bertahap," ujarnya dalam acara Indonesia Energy Transition Dialogue (IETD) 2023 di Jakarta, Senin (18/9/2023).

Maka untuk mendukung transformasi infrastruktur ketengalistrikan tersebut, pemerintah akan membangun sekitar 700 giga watt (GW) pembangkit energi terbarukan guna memenuhi kebutuhan listrik di Indonesia yang diperkirakan mencapai 1.942 TWh pada tahun 2060.

Baca juga: Pemerintah Disarankan Alihkan Sebagian Anggaran Subsidi Fosil untuk Energi Bersih

Pemerintah juga secara bertahap melakukan dekarbonisasi di sektor ketenagalistrikan, antara lain dengan pengembangan pembangkit listrik energi terbarukan sebesar 20,9 GW hingga 2030 dan penghentian dini PLTU.

Di samping itu, adapula konversi pembangkit listrik tenaga diesel ke gas di 47 lokasi dengan kapasitas total 3.217 MW, program pembakaran biomassa yang dilaksanakan di 113 PLTU eksisting dengan total kapasitas 19 GW, hingga penyediaan dana untuk pengeboran di 20 wilayah kerja panas bumi dengan potensi 683 MW guna mengurangi risiko tinggi di sektor panas bumi.

"Setelah tahun 2030, diharapkan PLTU batubara tidak akan dikembangkan lagi. Lalu, tambahan pembangkit setelah tahun 2030 hanya dari energi terbarukan. PLTU batubara terakhir akan berakhir pada tahun 2058," papar Arifin.

Pemerintah akan melakukan peningkatan secara masif untuk Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di 2030 dan dilanjut Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) di 2037.

Kemudian maksimalisasi pengembangan panas bumi hingga 22 GW, komersialisasi nuklir di 2039 dan peningkatan hingga 31 GW di 2060, serta pengembangan Pump Storage di 2025 dan Battery Energy Storage System (BESS) di 2034.

Ketua Indonesia Clean Energy Forum (ICEF) Bambang Brodjonegoro menambahkan, transisi energi di sektor ketenagalistrikan merupakan langkah strategis yang secara beriringan menurunkan emisi di sektor lainnya, seperti sektor transportasi dan industri.

Menurutnya, pemerintah telah menunjukkan komitmen yang jelas untuk bertransisi energi yang disuarakan secara aktif melalui berbagai forum internasional dan diplomatik guna mendorong lebih banyak kerja sama dan investasi di sektor energi ramah lingkungan.

"Fokus saat ini semestinya ada pada pengembangan energi terbarukan untuk menjadi tulang punggung energi primer di Indonesia. Inovasi teknologi dalam hal pembangkitan energi dari energi terbarukan yang potensial seperti biomassa, geothermal, hidro, surya, angin, dan lainnya perlu meningkat,” jelas Bambang.

Direktur Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengatakan, agar transisi energi berjalan adil, aman, dan bermanfaat bagi seluruh warga negara, maka memerlukan perencanaan yang matang dan melibatkan seluruh kelompok masyarakat.

Ia menilai, transisi energi di sektor ketenagalistrikan menjadi sektor strategis yang mudah untuk pengurangan emisi karena tiga hal, yakni kelayakan teknologi pengganti, integrasi jaringan listrik yang bisa direncanakan, dan manfaat ekonomi dari semakin murahnya energi terbarukan.

"Faktor teknologi tersebut mencakup integrasi energi terbarukan, solusi penyimpanan energi, interkoneksi serta fleksibilitas sistem tenaga listrik," kata dia.

Kemudian integrasi jaringan listrik, di mana pembangkit listrik dapat dengan mudah diintegrasikan ke dalam jaringan listrik yang sudah ada.

Ia bilang, sumber energi terbarukan seperti angin dan matahari dapat ditambahkan secara bertahap, sehingga memudahkan peningkatan produksi energi ramah lingkungan tanpa gangguan signifikan terhadap pasokan energi.

"Selain itu, ada juga manfaat ekonomi di mana biaya teknologi energi terbarukan yang semakin kompetitif dengan bahan bakar fosil," ucap Fabby.

Baca juga: Transisi Energi Bersih, Indonesia Dapat Kucuran Rp 135 Miliar dari Inggris

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com