JAKARTA, KOMPAS.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak di zona hijau pada awal perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Senin (25/9/2023). Sementara itu, mata uang garuda melemah pada perdagangan pasar spot.
Melansir data RTI, pukul 09.07 WIB, IHSG berada pada level 7.017,94 atau naik tipis 0,02 persen (1,09 poin) dibanding penutupan sebelumnya pada level 7.016,84.
Sebanyak 227 saham melaju di zona hijau dan 131 saham di zona merah. Sedangkan 214 saham lainnya stagnan. Adapun nilai transaksi hingga saat ini mencapai Rp 628 miliar dengan volume 1 miliar saham.
Baca juga: Mau IPO, Perusahaan Distributor GPS Tracker Ini Bakal Lepas 1,1 Miliar Saham
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Maximilianus Nico Demus mengatakan, Bank Sentral Inggris telah menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2023 dari 0,4 persen menjadi 0,1 persen, dimana inflasi diproyeksikan turun dibawah 2 persen dalam jangka menengah.
“Meskipun secara jangka pendek kami masih agak ragu karena adanya tekanan dari kenaikkan harga minyak global yang akan mendorong inflasi kembali naik. Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat IHSG berpotensi menguat terbatas dengan support dan resistance di level 7.000 sampai 7.045,” kata Maximilianus dalam analisisnya.
Pasar saham Asia pagi ini bergerak mayoritas di teritori negatif. Strait Times berada pada level 3.204,28 atau melemah 0,02 persen (0,54 poin), Hang Seng Hong Kong turun 1,19 persen (215,3 poin) pada posisi 17.842,28, dan Indeks Komposit Shanghai China terkoreksi 0,31 persen (9,8 poin) ke posisi 3.122,59. Sementara itu, Nikkei Jepang menguat 0,67 persen (218,6 poin) pada level 32.621.
Adapun nilai tukar rupiah terhadap dollar AS di pasar spot pagi ini melemah. Melansir data Bloomberg, pukul 09.08 WIB rupiah berada pada level Rp 15.385 per dollar AS, atau turun 10 poin (0,06 persen) dibanding penutupan sebelumnya di level Rp 15.375 per dollar AS.
Pengamat pasar keuangan Ariston Tjendra mengatakan, pelemahan rupiah terjadi karena ekspektasi suku bunga tinggi AS pasca pengumuman hasil rapat Bank Sentral AS pekan lalu, yang mendorong penguatan dollar AS terhadap nilai tukar lainnya.
"Yield obligasi AS terlihat masih bergerak di level tinggi, dimana untuk tenor 2 tahun di 5,1 persen dan tenor 10 tahun di 4,4 persen. Peluang pelemahan rupiah terhadap dollar AS masih terbuka hari ini," kata Ariston kepada Kompas.com.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.