Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dorong Masyarakat Desa Mandiri Energi, Strategi Terkini PHE Tekan Emisi

Kompas.com - 18/10/2023, 18:16 WIB
Aprillia Ika

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Pertamina Hulu Energi (PHE) memiliki program khusus untuk menekan emisi karbon dalam rangka transisi energi. Yakni, dengan mengajak masyarakat ambil bagian secara langsung melalui pemanfaatan potensi energi di wilayah sekitarnya sekaligus memberikan manfaat dari sisi ekonomi.

Program ini dinamakan Desa Energi Berdikari (DEB). Program ini jadi pelengkap program PHE untuk menekan emisi lainnya, yakni program transisi ke gas, dekarbonisasi, serta peluang penggunaan teknologi penangkap karbon atau Carbon Capture Storage (CCS)/Carbon Capture Storage and Utilization (CCUS).

Arya Dwi Paramita, Sekretaris Perusahaan PHE, menjelaskan pendekatan Desa Energi Berdikari (DEB) di sini ada tiga manfaat.

Pertama, untuk memberikan awareness bahwa di sekitar mereka ada sumber energi tebarukan yang bisa dimanfaatkan. Kedua, dari awareness itu mereka bisa memanfaatkan sumber energi terbarukan tersebut.

"Ketiga, masyarakat mendapatkan manfaat sumber energi terbarukan, tidak hanya dari sisi mendapatkan energi dengan mudah tapi juga dampak ekonomi," ujar Arya saat webinar DETalk dengan tema "Climate Change Mitigation: Collaborative Strategies for Greener Energy Industry" pada Selasa (17/10/2023).

Baca juga: Ngebor 502 Sumur, PHE Produksi 1,04 Juta Barrel Minyak Ekuivalen Per Hari

Energi bersih yang digunakan di DEB

Sejauh ini, lanjutnya, untuk DEB ada 14 lokasi energi surya menghasilkan tenaga listrik sekitar 75,05 kWp dengan pengurangan emisi setara 109.962 ton CO2 per tahun dan dampak efisiensi ekonominya mencapai Rp 139 juta per tahun.

Kemudian, ada tiga lokasi DEB yang kembangkan biogas dan gas metana dengan total gas yang dihasulkan sebesar 793.795 M3 per tahun. Sementara untuk estimasi pengurangan emisinya 335.580 ton CO2 per tahun dengan total estimasi efisensi mencapai Rp589 juta per tahun.

Ada juga satu lokasi hybrid memanfaatkan energi solar dan angin dengan energi yang dihasilkan masing-masing sekitar 0,5 kWp dan estimasi pengurangan emisinya 7,7 ton CO2 dengan estimasi efisiensi ekonominya sebesar Rp7,7 juta per tahun.

Terakhir, ada dua lokasi pemanfaatan bioethanol. Produksi bioetanol sendiri sebesar 3.766,5 liter per tahun dengan total estimasi pengurangan emisi sebesar 7.525 ton CO2 per tahun dan efisiensi sebesar Rp18,06 juta per tahun.

"Program program tersebut di sertifikasi, sehingga para local hero bisa sustain untuk berkembang. Program ini potensial economic savings-nya mencapai Rp 757 juta per tahun dengan potensi reduksi emisi 343.219 ton setara CO2 sampai dengan September 2023," ujar Arya.

Baca juga: Kelola Blok Peri Mahakam hingga East Natuna, Produksi Migas PHE Naik 8 Persen

Bursa karbon

Menurut Arya, inisiatif dekarbonisasi yang dilakukan PHE 2023 selain dengan DEB juga melalui bursa karbon.

Seperti diketahui, pada 26 September 2023 lalu IDX meluncurkan IDX Carbon yang diresmikan langsung oleh Presiden Joko Widodo.

Dalam kesempatan itu, PHE juga mencatatkan transaksi Perdana dalam perdagangan karbon kredit dimana PHE sebagai pelaku industri hulu migas pertama yang menjadi bagian dalam Bursa Karbon.

Baca juga: Amman, PHE, hingga Palm Co Bersiap IPO, Bagaimana Dampaknya bagi Pasar Saham?

Upaya tekan emisi oleh perusahaan energi

Yulia Suryanti, Direktur Mitigas Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, menyatakan bahwa sektor energi merupakan salah satu sektor penyumbang emisi paling tinggi dibandingkan sektor lain.

Berdasarkan dokumen Enhanced NDC Indonesia 2022 pertumbuhannya mencapai sejak tahun 2002-2012 sebesar 4,5 persen. Untuk itu peran para pemangku kepentingan di sektor energi menjadi kunci penting dalam upaya mencapai target Net Zero Emission (NZE) atau target nol karbon pada 2060.

"Apabila soal sektor energi ketika berbicara perubahan iklim terkait dekarbonisasi melalui efisiensi energi, emisi bahan bakar. Pada 2030 kita tingkatkan komitmen pengurangan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 31,89 persen jika dilakukan secara bussiness as usual bisa Indonesia capai. Tapi kalau ada bantuan internasional bisa mencapai 43,20 persen," ungkap Yulia.

Adapun upaya pengurangan emisi di sektor energi bisa melalui sejumlah cara. Seperti, dengan penggunaan energi baru terbarukan (EBT) seperti pemanfaatan biofuel, cofiring, biomass dan solar PV.

Lalu efisiensi energi bisa dilakukan melalui kendaraan listrik, manajemen energi mandatori, kompor induksi dan lampu penerangan jalan hemat energi, bahan bakar rendah emisi, pemanfaatan gas lebih banyak, serta pemanfaatan "clean coal technology" pada pembangkit listrik.

"Pemerintah juga mengusung kebijakan energi gabungan dan penerapan sumber energi bersih sebagai arahan kebiajakan nasional menuju jalur dekarbonisasi sektor energi," kata Yulia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com