Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pantas Saja Israel Rakyatnya Makmur meski Tanpa Minyak, Apa Sebabnya?

Kompas.com - Diperbarui 31/10/2023, 23:48 WIB
Muhammad Idris

Penulis

KOMPAS.com - Israel bisa dibilang sebagai negara yang paling sering dilanda perang dibandingkan negara-negara lain di seluruh dunia.

Selain berkonflik dengan Palestina, Israel juga memiliki riwayat permusuhan dengan negara-negara tetangganya di kawasan Timur Tengah.

Dalam Perang Arab Israel (1948) dan Perang Yom Kippur (1973), negara ini bahkan sempat dikeroyok Suriah, Mesir, Yordania, Arab Saudi, dan Irak.

Akar konflik di kawasan itu memiliki sejarah panjang. Israel didirikan pada 14 Mei 1948 di atas wilayah Palestina setelah Inggris hengkang dari wilayah tersebut.

Setelah kemenangan melawan negara-negara Arab, praktis Israel menguasai nyaris seluruh Palestina dan hanya menyisakan Jalur Gaza dan Tepi Barat. Yang mana wilayah Tepi Barat juga terus diduduki oleh permukiman Yahudi yang terus bertambah dari tahun ke tahun.

Baca juga: Gambaran Susahnya Kehidupan Ekonomi dan Pekerjaan Warga Palestina

Kemajuan ekonomi Israel

Israel merupakan negara di kawasan Timur Tengah yang industrinya, terutama industri manufaktur, relatif paling maju sejak 1970-an, saat negara-negara Arab masih mengandalkan sumber uang dari minyak. Israel sejatinya juga memiliki cadangan minyak dan gas, namun relatif sedikit.

Dikutip dari laman resmi Kementerian Luar Negeri Israel, kemajuan industri di negara itu tak lepas dari banyaknya tenaga ahli dan cendekiawan yang melakukan eksodus dari negara-negara Eropa selama pecah Perang Dunia II untuk menghindari persekusi.

Banyak dari para pengungsi Yahudi dari Eropa ke tanah Palestina ini adalah mereka yang merupakan tenaga-tenaga ahli berbagai bidang industri, termasuk juga para ahli ekonomi, dokter, pengacara, hingga bankir.

Bukan hanya dari Eropa, banyak pula penduduk Yahudi yang selama puluhan tahun menetap di Benua Amerika dan bekas Uni Soviet juga melakukan eksodus ke Tanah Palestina.

Baca juga: Penasaran Berapa Harga Bensin di Arab Saudi yang Kaya Minyak?

Bahkan, eksodus warga Yahudi dari seluruh dunia ke Israel masih berlangsung hingga saat ini. Banyak di antaranya menetap dan membangun permukiman di Tepi Barat yang sejatinya merupakan wilayah Palestina.

Bonus demografi dengan penduduk yang terampil inilah menjadikan ekonomi Israel begitu cepat berkembang.

Hingga tahun 1970-an, industri-industri yang sudah berkembang pesat di Israel antara lain pupuk, pestisida, farmasi, bahan kimia, plastik, dan logam berat.

Pada tahun 2008, negara itu sudah memiliki industri manufaktur dengan jumlah pekerja mancapai 384.000 orang yang sebagian besar merupakan pekerja terampil.

Dengan keterbatasan wilayah, pada tahun 2008, Israel sudah memiliki 11.000 pabrik yang menghasilkan 58 miliar dollar AS, dan separuhnya di ekspor ke seluruh dunia.

Foto pemukiman Yahudi di Tepi Barat diambil pada Senin (25/10/2021). Israel diperkirakan akan mengizinkan ribuan rumah baru untuk pemukim Yahudi di Tepi Barat pekan ini.AP PHOTO/ARIEL SCHALIT Foto pemukiman Yahudi di Tepi Barat diambil pada Senin (25/10/2021). Israel diperkirakan akan mengizinkan ribuan rumah baru untuk pemukim Yahudi di Tepi Barat pekan ini.

Baca juga: Khrushchyovka, Cara Uni Soviet Sediakan Rumah Murah bagi Warganya

Bahkan, selain industri manufaktur, sektor pertanian di Israel adalah termasuk yang paling maju di dunia dengan produktivitas lahan yang sangat tinggi karena memanfaatkan teknologi tinggi.

Israel adalah salah satu negara pengekspor alat-alat pertanian dan peternakan canggih terbesar secara global, termasuk ke Indonesia.

Perusahaan teknologi

Israel juga merupakan negara di mana perusahaan-perusahaan teknologi tumbuh sangat subur. Pada tahun 1980-an, banyak orang yang bekerja di Silicon Valley bermigrasi ke Israel.

Meski telah tinggal di Israel, para warga Yahudi ini mendirikan pusat-pusat penelitian dan pengembangan untuk memenuhi permintaan perusahaan-perusahaan teknologi AS, seperti Microsoft, IBM, dan Intel.

Lalu, pada tahun 1990-an, para insinyur terampil juga berdatangan dari negara-negara bekas Uni Soviet untuk bermigrasi ke Israel, membuat negara itu semakin diberkati dengan kelimpahan sumber saya manusia terampil.

Baca juga: Mengapa Uni Soviet dan Komunis Identik dengan Palu Arit?

Israel mencatatkan pertumbuhan industri teknologi sebesar 8 persen per tahun. Perusahaan-perusahaan baru di sektor teknologi terus bermunculan bak jamur di musim hujan.

Kondisi ini membuat ranking penelitian dan pengembangan (R&D) Israel selalu menempati peringkat 10 besar dunia.

Sektor teknologi yang sebelumnya hanya menyumbang sebesar 37 persen dari produk industri meningkat menjadi 58 persen di tahun 1985, dan kembali meningkat jadi 70 persen pada 2006.

Hampir 80 persen produk berteknologi diekspor ke luar. Ekspor produk teknologi asal Israel meningkat empat kali lipat dari 3 miliar dollar AS di tahun 1991 menjadi 12,3 miliar dollar AS di tahun 2000, lalu menjadi 29 miliar dollar AS di tahun 2006.

Negara itu juga menerima banyak pendanaan untuk pengembangan riset dan teknologi dari negara lain, seperti AS, Kanada, Italia, Austria, Perancis, Irlandia, Belanda, Spanyol, China, Turki, India, dan Jerman.

Baca juga: Mengapa Hitler Menolak Melunasi Utang Jerman ke Negara Sukutu?

Banyaknya perusahaan besar di bidang teknologi tentu menyumbang pemasukan besar untuk Pemerintah Israel dari sisi pajak, sumber devisa, ataupun penyerapan jumlah tenaga kerja. Ini belum termasuk royalti dari paten-paten yang dibuat di perusahaan Israel.

Seorang pengunjuk rasa melemparkan batu ke arah tentara Israel selama bentrokan menyusul perlawanan atas perampasan tanah Palestina untuk memperluas pemukiman Yahudi Hallamish (latar belakang), Jumat (28/8/2015) di Desa Nabi Saleh, Tepi Barat, dekat Ramallah.AFP PHOTO / ABBAS MOMANI Seorang pengunjuk rasa melemparkan batu ke arah tentara Israel selama bentrokan menyusul perlawanan atas perampasan tanah Palestina untuk memperluas pemukiman Yahudi Hallamish (latar belakang), Jumat (28/8/2015) di Desa Nabi Saleh, Tepi Barat, dekat Ramallah.

PDB Israel

Dikutip dari data Bank Dunia, total produk domestik bruto (PDB) per kapita Israel pada 2022 menembus 54.660 dollar AS atau sebesar Rp 868,86 juta (kurs Rp 15.890).

Untuk gambaran saja, PDB per kapita Indonesia di tahun yang sama adalah 4.332 dollar AS atau Rp 68,86 juta.

Sebagai perbandingan lainnya yakni PDB per kapita Isral dengan negara-negara Arab tetangganya juga cukup jomplang, di mana PDB per kapita Yordania 4.103 dollar AS, Lebanon 4.136 dollar AS, dan Mesir 3.698 dollar AS.

Baca juga: Kisah Hitler Bangun Ekonomi Jerman yang Hancur Lebur usai Perang

Israel juga jauh mengungguli negara-negara Arab Teluk yang yang rakyatnya makmur berkat minyak seperti Kuwait dengan PDB per kapita 24.300 dollar AS, UEA 44.315 dollar AS, dan Arab Saudi 23.185 dollar AS. Israel hanya kalah dari PDB per kapita Qatar yang saat ini adalah 66.838 dollar AS.

Untuk informasi saja, negara maju biasanya memiliki pendapatan per kapita di atas 30.000 dollar AS. Namun, pendapatan per kapita bukan standar tunggal sebuah negara dikatakan sebagai negara maju atau berkembang.

Beberapa faktor pengukur lainnya antara lain ketersediaan infrastruktur, angka kemiskinan, tingkat pengangguran, angka buta huruf, serta tingkat kematian ibu dan bayi.

Bendera Israel. Kepala agen mata-mata Israel Mossad, David Barnea mengatakan pada Kamis (22/12/2022), bahwa Iran sedang berusaha untuk memperluas pasokan senjata canggih ke Rusia.washingtoninstitute.org/Neri Zilber Bendera Israel. Kepala agen mata-mata Israel Mossad, David Barnea mengatakan pada Kamis (22/12/2022), bahwa Iran sedang berusaha untuk memperluas pasokan senjata canggih ke Rusia.

Baca juga: Bagaimana Hitler Membangun Ekonomi Jerman yang Hancur Pasca-PD I?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com