Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

The Fed Tahan Suku Bunga, Rupiah Menguat Jauhi Level 16.000

Kompas.com - 02/11/2023, 10:12 WIB
Rully R. Ramli,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS di pasar spot bergerak cenderung menguat pada awal perdagangan Kamis (2/11/2023). Apresiasi ini terjadi setelah bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), mempertahankan suku bunga acuannya dalam pertemuan November.

Mengacu kepada data Bloomberg, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dibuka menguat ke level Rp 15.874 per dollar AS, dari posisi penutupan sebelumnya sebesar Rp 15.935 per dollar AS.

Penguatan tersebut terus berlanjut pada awal perdagangan, di mana pada pukul 10.36 WIB mata uang Garuda menguat 0,43 persen ke level Rp 15.868 per dollar AS.

Baca juga: IHSG Ditutup Anjlok 109 Poin, Rupiah Melemah Dekati Level 16.000

Apresiasi terhadap dollar AS juga dialami oleh sejumlah mata uang Asia lain. Terpantau pada pagi ini yen Jepang menguat 0,50 persen, dollar Singapura naik 0,20 persen, dollar Taiwan terapresiasi 0,35 persen, won Korea Selatan melesat 1,15 persen persen, ringgit Malaysia menguat 0,45 persen, serta baht Thailand naik 0,50 persen.

Pergerakan rupiah dan mata uang Asia lain yang menguat selaras dengan indeks dollar AS yang melemah. Mengacu data Investing, greenbcak pagi hari ini berada pada kisaran 106,20.

Analis pasar keuangan Ariston Tjendra mengatakan, setelah The Fed mengumumkan untuk menahan suku bunga acuannya, indeks dollar AS langsung terdepresiasi. Pasalnya, keputusan The Fed dinilai investor sebagai sikap bank sentral yang sudah tidak lagi terlalu agresif.

"Sikap bank sentral AS yang tidak terlalu hawkish terhadap kebijakan suku bunga tinggi di masa yang akan datang mendorong pelemahan dollar AS," kata dia kepada Kompas.com, Kamis.

Selain indeks dollar AS, pengumuman The Fed juga berimbas terhadap imbal hasil atau yield obligasi pemeirntah AS. Ariston menyebutukan, yield obilgasi tenor 10 tahun saat ini turun ke kisaran 4,7 persen dari sebelumnya 4,9 persen.

Baca juga: BI Kerek Suku Bunga Acuan, Ini Tanggapan Dirut Bank Mandiri

Koreksi imbal hasil itu tidak terlepas dari kembali masuknya aliran modal asing dari pasar negara maju ke negara berkembang. Hal ini ditunjukan dari penguatan bursa saham Asia pada pagi hari ini.

"Hasil the Fed ini untuk sementara dimanfaatkan pelaku pasar untuk masuk kembali ke aset berisiko," ujarnya.

Sementara itu, Chief Economist Bank Permata Josua Pardede menyebutkan, sebenarnya Chairman Thef Fed Jerome Powell masih mengindikasikan adanya kenaikan suku bunga ke depan. Akan tetapi, The Fed juga mengisyaratkan bahwa dukungan terhadap kenaikan suku bunga di kalangan komite berkurang.

"Pasar memandang bahwa nada The Fed selama FOMC cenderung kurang hawkish dari perkiraan, dan mendorong dollar AS melemah, serta mendukung penurunan yield US treasury," tuturnya.

Baca juga: The Fed Tahan Suku Bunga, IHSG Melesat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com