JAKARTA, KOMPAS.com - Metode pembayaran cash on delivery (COD) kian digemari masyarakat dalam berbelanja online. Metode pembayaran COD memungkinkan pembeli melakukan pembayaran barang yang dipesan ketika barang tersebut telah sampai ke tangan mereka.
Menurut survei Badan Pusat Statistik (BPS), sebanyak 83,11 persen transaksi di e-commerce lebih suka menggunakan metode COD.
Ahli pemasaran Oky Andries menjelaskan, angka tersebut menunjukkan tingginya minat konsumen terhadap pembelian barang melalui e-commerce dengan menggunakan metode COD.
Baca juga: Bikin Nyaman Pengguna, Shopee Hadirkan Inovasi Terbaru COD Cek Dulu
Menurut data perusahaan logistik Ninja Xpress, lebih dari 50 persen shipper Ninja Xpress melalui aplikasi Ninja Biz turut memanfaatkan fasilitas COD dalam proses jual beli mereka.
Berbeda dengan konsumen, para pelaku UKM sering kali menghadapi beberapa risiko yang perlu diwaspadai untuk mengantisipasi kemungkinan masalah dan meminimalisasi kerugian yang dihadapi penjual ketika mengaktifkan metode pembayaran COD.
Berikut beberapa tips dari Oky untuk menghindari kerugian dalam menerapkan COD yang dapat disimak pelaku UMKM.
Baca juga: Ini Alasan SiCepat Ekspres Belum Bisa Hapus Sistem COD
Salah satu kendala dalam proses pengiriman paket COD adalah penerima paket tidak berada di rumah, alamat yang tidak dapat ditemukan, atau konsumen menggunakan alamat palsu yang terindikasi sebagai orderan fiktif.
Untuk mencegah hal tersebut terjadi, para pelaku UKM perlu melakukan konfirmasi ulang sebelum proses pengiriman agar Anda dan pihak pengiriman dapat menghindari kerugian waktu yang tidak perlu.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya