Hanya saja, ia menilai hal tersebut tidak bisa mendorong kenaikan sahamnya terus menurus kenaikan harga ini terjadi juga karena teknikal rebound. Mengingat, sahamnya sudah turun cukup kencang sejak beberapa bulan.
Ia juga menyebutkan BBHI dan ARTO sudah menyentuh resistance level yang cukup kuat dan itu terlihat dari shadow candlestick-nya yang cukup tinggi. Oleh karenanya, ia mengindikasi harga susah menembus level dan ada potensi koreksi harga lagi.
“Valuasi nya jauh lebih tinggi intinya maupun untuk ARTO atau BBHI dan BBYB masih rugi jadi jelas itu emiten dengan fundamental yang buruk,” ujarnya.
Memang, ia menyadari ARTO dan BBHI terlihat memiliki fundamentals nya bagus saat ini dan ini terlihat dari kenaikan laba yang cukup tinggi secara tahunan. Namun, ada keraguan dari para investor untuk beli saham tersebut untuk jangka panjang.
Baca juga: OJK Minta Perbankan Gunakan Dividen untuk Perkuat Keamanan Digital
“Sell menurut saya karena harganya akan koreksi lagi dalam waktu jangka pendek dan traders akan melakukan aksi profit taking,” ujarnya.
Sependapat, Senior Investment Information Mirae Aset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta menilai salah satu sentimen yang saat ini mendukung kinerja saham bank, terkhusus bank digital adalah kemungkinan The Fed tidak akan melanjutkan kebijakan menaikkan suku bunga kembali.
Selain itu, ia menilai pertumbuhan daya beli masyarakat juga semakin baik dengan pembelian di e-commerce juga tinggi. Mengingat, bank-bank digital ini banyak memiliki ekosistem di e-commerce tersebut.
“Kan bank digital ini punya afiliasinya sendiri-sendiri ya, misal ARTO dengan GOTO,” ujar Nafan.
Baca juga: Produk Bank Syariah Jangan Hanya Jadi Bayangan Perbankan Konvensional
Di sisi lain, ia melihat pertumbuhan kinerja keuangan bank-bank digital ini mulai membaik. Sebagai informasi, laba ARTO naik 23,9 persen di September 2023 menjadi Rp 50,29 miliar dan laba BBHI naik 62,1 persen menjadi Rp 338,8 miliar.