JAKARTA, KOMPAS.com - Perusahaan modal ventura di Asia Tenggara memperkirakan penggalangan dana akan meningkat pada 2024. Namun begitu, perusahaan teknologi perlu menyiapkan peta jalan yang jelas dan layak untuk menuju profitabilitas.
Laporan Google, Temasek, dan Bain & Company menunjukkan, hambatan makro global seperti inflasi dan tingginya biaya modal telah menurunkan penyebaran pendanaan swasta ke level terendah dalam enam tahun terakhir.
Jaringan akuntansi internasional KPMG melaporkan, pendanaan modal ventura di kawasan Asia-Pasifik turun menjadi 20,3 miliar dollar AS pada kuartal III-2023. Jumlah tersebut jadi yang terendah sejak kuartal I-2017.
Baca juga: Peluang dan Tantangan Perusahaan Teknologi Saat Tech Winter, Apa Saja?
Pada kuartal II-2023, pendanaan modal ventura di wilayah Asia Pasifik mencapai 24,2 miliar dollar AS. Minimnya pendanaan dari modal ventura di kawasan Asia Tenggara juga kerap disebut dengan musim dingin perusahaan startup teknologi atau tech winter.
Salah satu pendiri dan mitra pengelola Monk’s Hill Ventures Peng T. Ong yakin tahun depan akan terjadi perubahan.
"Saya yakin, tahun depan, Anda akan melihat pelonggaran penerapan (modal ventura) di Asia Tenggara,” kata dia dikutip dari CNBC, Rabu (20/12/2023).
Senada, salah satu pendiri dan mitra pengelola Asia di Antler Jussi Salovaara juga memperkirakan pendanaan modal ventura akan meningkat pada semester II-2024.
Baca juga: Tantangan Tech Winter Bikin Startup Harus Lebih Bijak Kelola Keuangannya
“Kami yakin angka ini akan meningkat, terutama menjelang paruh kedua tahun ini. Pasti ada guncangan yang didorong oleh kenaikan suku bunga, jatuhnya pendanaan ventura, yang kemudian menyebabkan jatuhnya modal mitra terbatas yang masuk ke dalam dana dan dana menjadi lebih pilih-pilih. Jadi butuh sedikit waktu untuk pulih,” terang dia.
Meskipun begitu, mitra pengelola pendiri Insignia Ventures Partners Yinglan Tan mengatakan, perusahaan teknologi perlu menunjukkan kepada investor jalur yang jelas dan layak untuk mencapai keuntungan.
Perusahaan teknologi cenderung memprioritaskan pertumbuhan dibandingkan profitabilitas pada tahun-tahun awal. Terkadang, hal itu berarti menghabiskan banyak uang.
Baca juga: Siaga di Tengah Risiko Tech Winter
Namun, karena hambatan ekonomi global yang memperlambat pertumbuhan, perusahaan teknologi terpaksa memperbarui fokus pada profitabilitas dan lebih berhati-hati dalam hal biaya.
“Peluangnya di sini (Asia Tenggara) adalah menemukan pengusaha dan perusahaan yang sedang mengoptimalkan apa yang ada dalam kendali mereka, misalnya biaya atau strategi pertumbuhan, untuk melawan tekanan dan menjadi efisien modal dalam pertumbuhan,” tutup dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.