Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bisakah Imbal Hasil Surat Utang RI Serendah Jepang? Ini Kata Stafsus Sri Mulyani

Kompas.com - 11/01/2024, 16:16 WIB
Rully R. Ramli,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Tingkat imbal hasil atau yield surat utang negara Indonesia kerap menjadi sorotan, sebab dinilai dapat membebani keuangan negara.

Berdasarkan data Investing, saat ini tingkat yield surat berharga negara (SBN) tenor 10 tahun berada di kisaran 6,78 persen.

Tingkat yield itu lebih tinggi dibandingkan dengan obligasi milik negara-negara maju, seperti Jepang. Melansir data yang sama, yakni Investing, tingkat imbal hasil obligasi Jepang tenor 10 tahun hanya sebesar 0,60 persen.

Baca juga: 2024, Tahunnya Obligasi?

Ilustrasi obligasi. SHUTTERSTOCK/TECH_BG Ilustrasi obligasi.
Staf Khusus Menteri Keuangan Yustinus Prastowo mengakui, saat ini "pekerjaan rumah" pemerintah dalam mengelola utang ialah menurunkan yield obligasi.

Namun, di sisi lain pemerintah tetap menjaga aga surat utang negara dapat tetap menarik di kancah global.

"Tantangan kita sekarang adalah menurunkan yield atau suku bunga," ujar dia, dalam forum Diskusi Denpasar 12, Kamis (11/1/2024).

Menurutnya, tingkat imbal hasil obligasi negara maju yang rendah, seperti Jepang, tidak terlepas dari kebijakan suku bunga bank sentral negara tersebut. Untuk diketahui, tingkat suku bunga Bank of Japan saat ini berada di level -0,1 persen.

Baca juga: Mau Investasi di 2024, Baiknya Pilih Saham atau Obligasi?

"Kalau pun dibandingkan Jepang, dengan tingkat suku bunga, kami rasa memang faktor yang juga berpengaruh adalah tingkat suku bunga perbankan," tuturnya.

Selain tingkat suku bunga bank sentral, imbal hasil obligasi juga dipengaruhi oleh kondisi perekonomian suatu negara. Hal ini berkaitan dengan rating surat utang yang kemudian berefek terhadap kepercayaan investor.

 

Ilustrasi obligasi.SHUTTERSTOCK/OK-PRODUCT STUDIO Ilustrasi obligasi.
"Jadi faktor trust penting selain fundamental ekonomi. Termasuk rating dari international agency juga berpengaruh," kata Yustinus.

Faktor yang juga mempengaruhi yield obligasi pemerintah ialah profil pemegang efek. Yustinus menyebutkan, yield obligasi Vietnam saat ini lebih rendah dibandingkan Indonesia.

Baca juga: Biayai Infrastruktur Berkelanjutan, IIF Terbitkan Obligasi Rp 500 Miliar

Akan tetapi, sebagian besar obligasi Vietnam dimiliki oleh BUMN negara tersebut.

"Ini menjadi faktor-faktor yang perlu didalami. Tapi itu tidak mengurangi niat pemerintah untuk terus membuat yield kita kompetitif," katanya.

Yustinus menegaskan, pemerintah berupaya untuk mengelola yield obligasi dengan baik, salah satunya melalui perbaikan fundamental ekonomi nasional, sehingga pada akhirnya surat utang negara bisa memperoleh rating yang lebih positif ke depan.

"Kita terus berupaya membangun fundamental yang baik, lalu memperbaiki rating kita," ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com