Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Nuri Taufiq
Pegawai Negeri Sipil

Statistisi di Badan Pusat Statistik

Belum Pulihnya Kesejahteraan Pasca-Pandemi

Kompas.com - 09/02/2024, 14:44 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Ukuran kedalaman kemiskinan dilihat berdasarkan indeks kedalaman kemiskinan, yang merupakan representasi rata-rata jarak pengeluaran tiap-tiap penduduk miskin terhadap garis kemiskinan.

Semakin tinggi nilai indeks, maka semakin besar gap atau jarak antara pengeluaran penduduk miskin dengan garis kemiskinan.

Pada 2023, tercatat nilai Indeks kedalaman kemiskinan sebesar 1,528. Meskipun secara angka sudah sedikit lebih rendah dibandingkan pada 2019 sebesar 1,553, namun terlihat adanya perbedaan laju penurunan tingkat kedalaman kemiskinan yang cukup signifikan dalam 3 tahun terakhir.

Pada periode 2016 – 2019, indeks kedalaman kemiskinan mampu turun sebesar 20,14 persen. Penurunan ini kemudian terkoreksi menjadi melambat pada periode 2020 – 2023 yang hanya mampu turun sebesar 4,85 persen saja.

Kondisi ini terjadi di daerah perkotaan maupun perdesaan. Di daerah perkotaan nampak lebih parah. Pada periode 2016 – 2019, tingkat kedalaman kemiskinan mengalami penurunan sebesar 11,71 persen untuk perkotaan dan 20,26 persen untuk perdesaan.

Tren penurunan tingkat kedalaman kemiskinan ini kemudian melambat pada periode 2020 – 2023. Pada daerah perdesaan, tingkat kedalaman kemiskinan turun sebesar 7,98 persen, namun di perkotaan malah mengalami kenaikan sebesar 3,01 persen.

Lambatnya penurunan indeks kedalaman kemiskinan dalam periode 3 tahun terakhir ini mengindikasikan bahwa mereka yang berada di bawah garis kemiskinan hanya mampu sedikit untuk meningkatkan kesejahteraannya.

Kesejahteraan penduduk miskin hanya mampu bergerak secara lambat mendekati garis kemiskinan, namun tidak mampu keluar dari batas tersebut. Dan hasilnya secara agregat tingkat kemiskinan juga mengalami penurunan yang melambat.

Pun halnya dengan indeks keparahan kemiskinan, yang merepresentasikan mengenai penyebaran pengeluaran di antara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi sebaran jarak pengeluaran di antara penduduk miskin.

Pada periode 2016 – 2019, indeks keparahan kemiskinan mampu turun sebesar 28,68 persen. Kemudian periode 2020 – 2023, terjadi perlambatan laju penurunan tingkat keparahan kemiskinan yang sangat signifikan.

Laju penurunan tingkat keparahan kemiskinan menjadi sangat rendah sebesar 0,80 persen.

Pada periode 2020 – 2023, di perkotaan justru mengalami lonjakan nilai indeks keparahan kemiskinan sebesar 13,97 persen. Padahal pada periode sebelum pandemi 2016 – 2019, sempat menurun sebesar 13,21 persen.

Pola hampir sama terjadi di daerah perdesaan. Meskipun secara nominal sudah berada di bawah angka sebelum pandemi, namun tren laju penurunan indeks keparahan kemiskinan mengalami perlambatan signifikan, yaitu sebesar 7,12 persen saja, setelah sebelumnya mampu turun 30,70 persen pada periode 2016 - 2019.

Lambatnya penurunan tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan merupakan sinyal bahwa peningkatan kesejahteraan penduduk miskin setelah pandemi masih menyisakan PR besar.

Bahkan daerah perkotaan masih lebih buruk jika dibandingkan dengan kondisi sebelum pandemi. Penduduk miskin masih tertahan berada di bawah garis kemiskinan, bahkan dengan jarak kesenjangan antarpenduduk miskin yang masih lebar.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com