Artinya, daripada berusaha lebih keras untuk mendapatkan promosi jabatan, mencari pekerjaan tambahan, atau memotong semua pengeluaran yang tidak diperlukan, yang lebih penting adalah mencapai keseimbangan kehidupan kerja, menekuni hobi, dan menikmati hal-hal seperti liburan.
Gen Z yang baru memulai perjalanan finansial telah terkena dampak dari lingkungan ekonomi yang bergejolak, seperti pandemi, inflasi yang meningkat, gaji pas-pasan, fluktuasi suku bunga, dan lainnya.
Baca juga: Survei BI Januari 2024: Pendapatan Dipakai buat Bayar Utang Menurun, Masyarakat Lebih Gemar Menabung
Menurut Consumer Affairs, gen Z memiliki daya beli 86 persen lebih rendah dibandingkan generasi Baby Boomers di usia 20-an.
Namun ketidakpastian ekonomi tidak hanya memengaruhi cara kita membelanjakan uang, menabung, dan berinvestasi saat ini. Hal ini juga mempengaruhi cara kita memandang masa depan.
Hampir tiga perempat Gen Z dari studi Intuit mengatakan perekonomian membuat mereka ragu-ragu untuk menetapkan tujuan keuangan jangka panjang, dan dua pertiga Gen Z tidak yakin mereka akan memiliki cukup uang untuk pensiun.
Sokunbi menyarankan agar kita mencapai keseimbangan antara kebahagiaan jangka pendek dan keamanan finansial jangka panjang.
Baca juga: Cara Menabung Dana Darurat untuk Gen Z
“Masa depan tidak dapat diprediksi, namun rata-rata kita hidup lebih lama dibandingkan generasi sebelumnya, dan kita harus mampu menjaga masa depan kita,” kata Sokunbi.
“Sangat mungkin untuk melakukan pendekatan soft saving dan tetap menyisihkan sesuatu untuk masa depan," ungkap dia.
Gen Z mempunyai gagasan yang berbeda mengenai arti kesejahteraan, dan “kehidupan yang nyaman” adalah bagian dari hal tersebut.