Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Titania Audrey Al Fikriyyah
Pegawai Negeri Sipil

Anggota Komunita Kemenkeu

Memacu Pertumbuhan Ekonomi Indonesia lewat Sepak Bola

Kompas.com - 27/03/2024, 16:46 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SONTEKAN Ramadhan Sananta pada menit 90+8 ke jala yang dijaga Filip Nguyen, mengakhiri kerja sama Philippe Troussier dengan The Golden Star Warriors -julukan timnas Vietnam.

Gol pamungkas Sananta tersebut menyegel kemenangan pertama Indonesia di My Dinh National Stadium setelah hampir dua dekade.

Raihan tiga poin ini membuka peluang Indonesia untuk lolos ke babak ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026. Akankah Pasukan Garuda mengulang kembali sejarah Piala Dunia Perancis 1938?

Sejak kemerdekaan Indonesia tahun 1945, timnas Garuda belum pernah lagi lolos kualifikasi Piala Dunia.

Bahkan masih teringat memori buruk Kualifikasi Piala Dunia 2022, ketika Indonesia menjadi juru kunci klasemen dengan tujuh kekalahan dari delapan penampilan selama ajang tersebut berlangsung.

Saat itu, sepak bola memang menjadi anomali tersendiri. Sebagai olahraga paling populer di negeri dengan 270 juta jiwa, Indonesia belum menemukan formula tim yang cocok.

Kemenangan sangat sulit diraih, bahkan di kandang sendiri. Padahal potensi perputaran ekonomi dari olahraga ini tidak main-main.

Misalnya, jika pada saat itu Indonesia mampu melangkah ke babak selanjutnya, Indonesia bisa mendapat limpahan ekonomi dari laga-laga yang akan berjalan. Apalagi jika lawannya adalah tim-tim besar sekelas Korea Selatan, Jepang ataupun Australia.

Dengan gagalnya Indonesia melangkah ke babak selanjutnya di Kualifikasi Piala Dunia 2022 kala itu, potensi ekonomi yang dapat diraih pun juga hilang.

Sebagai contoh, pada 2023, pertandingan antara Indonesia melawan Argentina menghasilkan perputaran uang yang diperkirakan hampir tembus Rp 1 triliun atau sekitar Rp 965 miliar berdasarkan hasil riset Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI). Hasil ini berdampak pada penciptaan Produk Domestik Bruto (PDB) senilai Rp 495 miliar.

Sektor-sektor yang sangat terdampak dengan adanya laga ini antara lain jasa kesenian, hiburan, dan rekreasi, penyediaan makan dan minum, perdagangan serta jasa penyiaran.

Tak hanya itu, laga tersebut juga diperkirakan menghasilkan penerimaan pajak tidak langsung sebesar Rp 28 miliar.

Kemenangan timnas Indonesia melawan Vietnam kemarin, membuka peluang Indonesia untuk melaju ke babak ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026.

Apabila lolos, Indonesia berpeluang bertemu tim-tim besar seperti Korea Selatan, Jepang, dan Australia. Apalagi babak ketiga tersebut akan dilaksanakan dengan format kandang-tandang sehingga Indonesia akan “kecipratan” manfaat ekonomi dari laga-laga lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2026.

Manfaat ekonomi tersebut dapat berupa penjualan tiket, jersey, makanan dan minuman, transportasi, perdagangan, penyediaan akomodasi. Selain itu, ajang tersebut juga bisa menjadi sarana untuk memperkenalkan pariwisata Indonesia.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com