Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rupiah "Ambles", Pemerintah Sebut Masih Lebih Baik dari Ringgit dan Yuan

Kompas.com - 16/04/2024, 14:27 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Nilai tukar atau kurs rupiah terhadap dollar AS berdasarkan data Bloomberg, Selasa (16/4/2024) telah mencapai Rp 16.163 per dollar AS pada pukul 14.00 WIB.

Angka tersebut melemah 1,99 persen dibandingkan penutupan terakhir Rp 15.848 per dollar AS pada Jumat (5/4/2024).

Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, indeks rupiah masih lebih baik dibandingkan negara lain.

Baca juga: Penyebab Rupiah Tembus Rp 16.000 Per Dollar AS di Pasar Luar Negeri

"Indeks rupiah kita kalau dibandingkan dengan berbagai negara lain relatif sedikit lebih baik dari (ringgit) Malaysia juga (yuan) China," kata dia dalam acara Halal Bihalal di kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, Selasa (16/4/2024).

Ia menambahkan, beberapa negara lain memang memiliki kinerja mata uang lebih baik dari rupiah seperti Korea Selatan dan Thailand.

"Jadi kita tidak yang terdampak tinggi, tapi banyak negara yang lebih terdampak dari kita," imbuh dia.

Baca juga: Kurs Rupiah Diramal Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS

Hal tersebut lantaran Indonesia dinilai memiliki fundamental ekonomi yang baik.

Sebelumnya, data Bloomberg pada pukul 09.01 WIB menunjukkan rupiah berada pada level Rp 16.088 per dollar AS. Rupiah melemah 240 poin atau 1,5 persen dibanding penutupan sebelumnya Rp 15.848 per dollar AS.

Pengamat pasar uang Ariston Tjendra mengatakan, kenaikan indeks dollar AS mendorong pelemahan rupiah. Indeks dollar AS saat ini sudah bergerak di atas kisaran 106. Selama libur lebaran di kisaran 105 dan sebelum lebaran di kisaran 104.

“Rupiah berpotensi melemah terhadap dollar AS di hari kerja pertama pasca liburan lebaran. Rupiah berpotensi bergerak melemah ke arah Rp 16.000 terhadap dollar AS hari ini,” kata Ariston kepada Kompas.com.

Baca juga: Mengawali Perdagangan Usai Libur Lebaran, IHSG Ambruk 2,8 Persen, Rupiah Jeblok 1,51 Persen

Ia mengatakan, sentimen penundaan pemangkasan suku bunga acuan AS dan tensi konflik geopolitik yang meninggi telah mendorong penguatan dollar AS belakangan ini. Selama libur lebaran, rilis data inflasi konsumen AS bulan Maret lebih tinggi dari ekspektasi pasar menurunkan ekspektasi bahwa The Fed akan melakukan pemangkasan dalam waktu dekat.

Selain itu, konflik di Timur Tengah terutama serangan balasan Iran yang langsung ke negara Israel menaikan ketegangan di wilayah tersebut dan mengundang kekhawatiran pasar. 

“Ini akan munculnya perang baru dimana perang akan menyebabkan gangguan suplai, meningkatkan inflasi, memicu pelambatan ekonomi global sehingga pelaku pasar keluar dari aset berisiko dan masuk ke aset aman dan memicu penguatan dollar AS dan harga emas sebagai aset aman,” tandas dia.

Baca juga: The Fed Diramal Tahan Suku Bunga Lebih Lama, Rupiah Bisa Makin Lemah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com