Namun, tidak semua pihak optimistis. Beberapa analis memperingatkan bahwa pemilu bisa menghadirkan ketidakpastian, terutama jika hasil pemilu ditunda atau diperdebatkan.
Faktor-faktor seperti "wait and see" di dunia usaha, yang menunggu susunan kabinet hingga Oktober 2024, dapat memengaruhi sentimen pasar dan menunda keputusan investasi.
Selain itu, pemangkasan suku bunga acuan yang cenderung terjadi di akhir tahun dapat membuat suku bunga tinggi bertahan lebih lama, menghambat pertumbuhan kredit di sektor perbankan.
Ketidakpastian ini dapat berdampak pada likuiditas dan persaingan pendanaan antara pemerintah dan perbankan, mengingat utang jatuh tempo pemerintah di tahun-tahun mendatang cukup tinggi.
Baca juga: Didukung BRI, Yuli dan Tatang Sukses jadi Penyedia Layanan Transaksi Perbankan
Dengan latar belakang ini, perbankan dan investor perlu mengambil tindakan untuk mengurangi risiko dan memanfaatkan peluang yang ada.
Kolaborasi antarbank, perencanaan keuangan yang matang, dan penggunaan teknologi seperti big data untuk memahami perilaku konsumen dapat membantu perbankan menghadapi tantangan dan peluang di tahun pemilu.
Apapun hasilnya, stabilitas ekonomi Indonesia bergantung pada pemilu yang lancar dan kepastian politik yang menyertainya. Dengan ekspektasi pertumbuhan ekonomi dan kebijakan yang kondusif, Indonesia dapat menjaga momentum pertumbuhannya dalam beberapa tahun ke depan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.