Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rupiah Melemah Dekati Rp 16.300 per Dollar AS, Utang Pemerintah Diklaim Terjaga

Kompas.com - 11/06/2024, 20:33 WIB
Rully R. Ramli,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyatakan, pengelolaan utang pemerintah masih terjaga, meskipun nilai tukar rupiah terhadap dollar AS tengah berada dalam tren pelemahan, bahkan mendekati level Rp 16.300 per dollar AS.

Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu Suminto mengakui, pelemahan kurs rupiah bakal berdampak terhadap pembayaran utang pemerintah dalam bentuk valuta asing (valas).

"Ketika kita bayar kewajiban utang (valas) kan tentu terpengaruh oleh kurs," kata dia, ditemui di Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa (11/6/2024).

Baca juga: Siap-siap Rupiah Digital, Masyarakat Harus Melek Aset Digital

Ilustrasi rupiah, uang rupiah.PIXABAY/ROBERT LENS Ilustrasi rupiah, uang rupiah.
Meskipun demikian, pemerintah diklaim masih dapat mengelola dampak volatilitas kurs terhadap beban utang ke kas negara.

Pasalnya, dari total utang pemerintah yang mencapai Rp 8.338,43 triliun, utang yang berbentuk valas porsinya hanya mencapai sekitar 18 persen, jauh lebih kecil dibanding outstanding dalam denominasi rupiah.

"Dengan porsi utang valas kita yang 18 persen itu, Alhamdulillah cukup terkelola dengan baik," ujarnya.

Dalam berbagai kesempatan, pemerintah menyatakan, pembiayaan utang dalam bentuk valas hanya menjadi pelengkap dari penerbitan utang rupiah.

Baca juga: Bos BI Ramal Nilai Tukar Rupiah Menguat ke Rp 15.300 - Rp 15.700 pada 2025

Langkah itu dilakukan pemerintah untuk meminimalisir dampak volatilitas kurs rupiah terhadap beban utang pemerintah.

"Tentu kami juga mengelola (utang valas) ini dengan baik," ucap Suminto.

Sebagai informasi, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS tengah berada dalam tren depresiasi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com