"Anda sering kali dapat mengukur kesehatan emosional di tempat kerja dengan melihat bagaimana orang-orang di dalamnya berinteraksi satu sama lain," terang Bohemond.
Apakah mereka tersenyum dan mengobrol bersama sambil menyeduh kopi pagi, atau kebanyakan orang hanya cemberut dan mengetik? Apakah mereka membagikan meme dan lelucon di grup, atau hanya mengirim pesan blak-blakan yang diwarnai dengan penghinaan?
Baca juga: Usir Stres di Kantor dengan 8 Cara Sederhana Ini
“Anda dapat menangkap energi di tempat kerja melalui suasana umum dan bahasa tubuh individu,” katanya.
Perilaku lain yang harus diwaspadai dalam konteks ini adalah sikap diam, yang juga berasal dari kerangka tantangan komunikasi Gottman.
Banyak orang di tempat kerja yang toxic harus "mencari tahu” sendiri karena tidak ada bimbingan atau dukungan untuk membantu mereka berkembang, kata Bohemond.
Hal ini berdampak buruk khususnya pada karyawan tingkat pemula, yang dibiarkan sendiri di tempat kerja, sehingga menyebabkan demotivasi dan kekecewaan, serta karyawan dari komunitas yang terpinggirkan, yang cenderung hanya mendapat sedikit dukungan untuk mewujudkan potensi mereka menuju peluang pertumbuhan, tutur Simon.
Baca juga: Bekerja dari Luar Kantor Dapat Kurangi Stres, Ini Buktinya
Seperti perilaku toxic lainnya, gaslighting dapat menimbulkan dampak buruk ganda bagi inklusivitas dan kesetaraan di tempat kerja.
Dikutip dari laman Siloam Hospitals, gaslighting adalah bentuk manipulasi psikologis yang dibuat oleh seseorang agar korban meragukan dan menyalahkan diri sendiri. Perilaku gaslighting perlu dilawan karena bisa berdampak serius pada kondisi kesehatan fisik dan mental korbannya.