Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertumbuhan China Melambat di Kuartal II 2019, Akibat Perang Tarif?

Kompas.com - 17/07/2019, 08:36 WIB
Fika Nurul Ulya,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pertempuran perdagangan yang berkepanjangan sedikit  banyak berdampak  buruk pada ekonomi Tiongkok. Data pada hari Senin, (15/7/2019) menunjukkan, pertumbuhan ekonominya melambat menjadi 6,2 persen pada kuartal II. Ini merupakan tingkat terlemah dalam 27 tahun setidaknya.

Trump mengklaim pertumbuhan yang lebih lambat adalah bukti bahwa pengenaan tarif AS kepada barang-barang China memiliki efek signifikan. Sebab itulah China menginginkan kesepakatan.

Pihak China dengan cepat membantah komentar Trump. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang mengatakan, pernyataan Trump benar-benar menyesatkan.

"Mengenai apa yang disebut Amerika Serikat karena ekonomi China melambat sehingga Cina sangat berharap untuk mencapai kesepakatan dengan pihak AS, ini benar-benar menyesatkan," kata Geng Shuang dikutip CNBC, Rabu (17/7/2019).

Di sisi lain, usai pertemuan G20 di Osaka, AS dan China sepakat untuk memulai kembali perundingan perdagangan antar kedua negara tersebut. Tapi perundingan perdagangan yang bisa mencapai hasil kompresenhif, kemungkinan masih jauh.

Pasalnya, Presiden AS Donald Trump mengatakan masih ada jalan panjang untuk mencapai kesepakatan dengan China. Bukan tidak mungkin dia kembali mengancam akan menampar China dengan perang tarif senilai 325 miliar dollar AS yang sebelumnya senilai 300 dollar AS.

Sementara itu, China sendiri telah menambah anggota baru ke tim negosiasinya secara tiba-tiba. Anggota itu adalah Menteri Perdagangan China, Zhong Shan. Pada KTT G20 bulan lalu, Zhong mengambil bagian dalam percakapan telepon dengan perwakilan AS.

Zhong kerap dianggap sebagai garis keras oleh pejabat Washington. Hal itu terlihat dalam pernyataannya soal perang dagang baru-baru ini.

“Sisi AS telah memprovokasi friksi ekonomi dan perdagangan kita sekaligus melanggar prinsip-prinsip WTO. Ini tipikal unilateralisme dan proteksionisme," kata Zhong.

“Kita harus menjunjung tinggi semangat pejuang kita dalam membela kepentingan nasional dan rakyat dengan kuat dalam membela sistem perdagangan multilateral," lanjutnya.

Perkembangan baru soal kesepakatan dagang AS-China ini mengurangi harapan analis dan investor untuk resolusi lebih baik. Sebab, saat ini justru terlihat kemajuan yang "terbalik".

"Tidak ada pertemuan tatap muka meski telah dijadwalkan. Kemajuan perdagangan telah terbalik. Kedua belah pihak sekarang terpisah jauh dibanding pada November-Desember 2018,". kata kepala tim peneliti Evercore ISI China Donald Straszheim.

"Kombinasi langkah-langkah substansial, tindakan parsial, dan kata-kata kosong yang akan melegakan yang diharapkan justru jauh dari resolusi akhir. Perubahan perang dagang menjadi penghentian perang dingin kebangkitan China," katanya lagi.

https://www.cnbc.com/2019/07/16/signs-point-to-the-trade-war-dragging-on-as-china-strikes-hard-line-tone.html

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rincian Tarif Listrik per kWh Berlaku Mei 2024

Rincian Tarif Listrik per kWh Berlaku Mei 2024

Whats New
Inflasi AS Sulit Dijinakkan, The Fed Pertahankan Suku Bunga

Inflasi AS Sulit Dijinakkan, The Fed Pertahankan Suku Bunga

Whats New
The Fed Tahan Suku Bunga, Mayoritas Saham-saham di Wall Street Melemah

The Fed Tahan Suku Bunga, Mayoritas Saham-saham di Wall Street Melemah

Whats New
IHSG Diperkirakan Melemah Hari Ini, Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

IHSG Diperkirakan Melemah Hari Ini, Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
5 Cara Tarik Tunai DANA di Alfamart, IndoMaret, dan ATM

5 Cara Tarik Tunai DANA di Alfamart, IndoMaret, dan ATM

Spend Smart
Hari Buruh dan Refleksi Ketimpangan Gender

Hari Buruh dan Refleksi Ketimpangan Gender

Whats New
Punya Aset Rp 224,66 Triliun, LPS Siap Jamin Klaim Simpanan Bank Tutup

Punya Aset Rp 224,66 Triliun, LPS Siap Jamin Klaim Simpanan Bank Tutup

Whats New
Tak Lagi Khawatir Lupa Bawa Uang Tunai Berbelanja di Kawasan Wisata Samosir

Tak Lagi Khawatir Lupa Bawa Uang Tunai Berbelanja di Kawasan Wisata Samosir

Whats New
Info Limit Tarik Tunai BCA Sesuai Jenis Kartu ATM Lengkap

Info Limit Tarik Tunai BCA Sesuai Jenis Kartu ATM Lengkap

Spend Smart
3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting Saat Lupa Bawa di ATM

3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting Saat Lupa Bawa di ATM

Earn Smart
[POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

[POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

Whats New
Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Spend Smart
Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Whats New
Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Whats New
Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com