Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BI Dapat Komitmen Dana 60 Miliar Dollar AS dari The Fed, Buat Apa?

Kompas.com - 07/04/2020, 16:57 WIB
Fika Nurul Ulya,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) menyatakan telah mendapat fasilitas repo line dari Bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed) senilai 60 miliar dollar AS.

Fasilitas tersebut diberikan untuk menopang cadangan devisa yang berdampak pada stabilitas nilai tukar sebagai bantalan kedua (second line of defense) akibat wabah virus corona (Covid-19).

Artinya, bank sentral AS itu nantinya siap menyetok dollar hingga 60 miliar dollar AS jika Bank Indonesia membutuhkan likuiditas dollar AS.

Baca juga: BI akan Bahas Detail Mekanisme Pembelian Obligasi Pemerintah

"Saya sampaikan komunikasi kami dengan The Fed sudah mencapai kesepakatan. The Fed itu kerjasama dengan kami menyediakan yang kita sebut repo line jumlahnya 60 miliar dollar AS," ujar Perry dalam konferensi video, Selasa (7/4/2020).

Perry menuturkan fasilitas repo (repurchase agreement) line dengan The Fed merupakan fasilitas yang diberikan The Fed kepada sejumlah bank sentral yang dikategorikan dalam Foreign and International Monetary Authorities (FIMA).

Dia menyebut, hanya sedikit negara emerging market seperti Indonesia yang mendapat komitmen dana dari bank sentral Paman Sam itu.

"Ini adalah bagian dari konfiden The Fed (kepada Indonesia), bahwa Indonesia punya prospek ekonomi yang bagus, dan kebijakan di bidang keuangan itu pruden. Itulah kenapa The Fed bekerjasama dengan BI dalam bentuk repo line," ungkap Perry.

Baca juga: BI Pastikan Cadangan Devisa Cukup untuk Stabilisasi Rupiah

Sebagai bantalan kedua, fasilitas repo line ini hanya akan digunakan bila Bank Indonesia benar-benar membutuhkan, sama seperti fasilitas Bilateral Currency Swap Agreement (BCSA) alias pertukaran mata uang bilateral dengan beberapa bank sentral dunia.

Perry menyebut, cadangan devisa BI sebesar 121 miliar dollar AS pada akhir Maret 2020 masih cukup likuid meski lebih rendah 9,4 miliar dollar AS dibandingkan dengan posisi akhir Februari 2020 sebesar 130,4 miliar dollar AS. 

"Saya nyatakan di sini, jumlah cadangan devisa lebih dari cukup. Selain bilateral swap kita punya repo line dengan The Fed jumlahnya 60 dollar AS. Kami belum ada rencana untuk menggunakannya. Tapi kalau memang perlu itu kita gunakan," jelas Perry.

Dalam konteks memerlukan likuiditas, sebagian dari cadangan devisa RI dalam bentuk surat berharga bisa digunakan sebagai underlying untuk melakukan repo line dengan The Fed.

Baca juga: BI: Kondisi Ekonomi akibat Corona Beda dengan Krisis 2008

Di samping The Fed, Perry menjabarkan Bank Indonesia juga memiliki kerjasama repo line dengan Bank for International Settlements (BIS) sebesar 2,5 miliar dollar AS, Bank sentral Singapura sebesar 3 miliar dollar AS, dan bank-bank sentral lainnya sebesar 500 juta hingga 1 miliar dollar AS.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Libur Kenaikan Yesus Kristus, 328.563 Kendaraan Tinggalkan Jakarta

Libur Kenaikan Yesus Kristus, 328.563 Kendaraan Tinggalkan Jakarta

Whats New
OCBC Singapura Ajukan Tawaran Rp 16 Triliun untuk Akuisisi Great Eastern Holdings

OCBC Singapura Ajukan Tawaran Rp 16 Triliun untuk Akuisisi Great Eastern Holdings

Whats New
Inggris Keluar dari Jurang Resesi Ekonomi

Inggris Keluar dari Jurang Resesi Ekonomi

Whats New
Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat, Ini Penjelasan Peritel

Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat, Ini Penjelasan Peritel

Whats New
Intervensi Bank Sentral Kesetabilan Rupiah dan Cadangan Devisa

Intervensi Bank Sentral Kesetabilan Rupiah dan Cadangan Devisa

Whats New
Bank Muamalat Buka Lowongan Kerja hingga 31 Mei 2024, Cek Posisi dan Syaratnya

Bank Muamalat Buka Lowongan Kerja hingga 31 Mei 2024, Cek Posisi dan Syaratnya

Work Smart
Viral Video Youtuber Korsel Diajak Mampir ke Hotel, Ini Tanggapan Kemenhub

Viral Video Youtuber Korsel Diajak Mampir ke Hotel, Ini Tanggapan Kemenhub

Whats New
Finaccel Digital Indonesia Berubah Nama jadi KrediFazz Digital Indonesia

Finaccel Digital Indonesia Berubah Nama jadi KrediFazz Digital Indonesia

Whats New
Dampak Fluktuasi Harga Pangan Awal 2024

Dampak Fluktuasi Harga Pangan Awal 2024

Whats New
Mengenal 2 Fitur Utama dalam Asuransi Kendaraan

Mengenal 2 Fitur Utama dalam Asuransi Kendaraan

Earn Smart
Penggunaan Gas Domestik Didominasi Industri, Paling Banyak Industri Pupuk

Penggunaan Gas Domestik Didominasi Industri, Paling Banyak Industri Pupuk

Whats New
Libur Panjang, Angkasa Pura II Proyeksikan Penumpang Capai 1 Juta Orang

Libur Panjang, Angkasa Pura II Proyeksikan Penumpang Capai 1 Juta Orang

Whats New
Percepat Peluncuran Produk untuk Perusahaan Teknologi, XpandEast Terapkan Strategi Pengurangan Time-to-Market

Percepat Peluncuran Produk untuk Perusahaan Teknologi, XpandEast Terapkan Strategi Pengurangan Time-to-Market

Whats New
Pasar Kripto Berpotensi 'Rebound', Simak Prospek Jangka Panjangnya

Pasar Kripto Berpotensi "Rebound", Simak Prospek Jangka Panjangnya

Earn Smart
Asosiasi 'Fintech Lending' Buka Suara Soal Pencabutan Izin Usaha TaniFund

Asosiasi "Fintech Lending" Buka Suara Soal Pencabutan Izin Usaha TaniFund

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com