Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

YLKI: Masalah Masker hingga Perusahaan Leasing Paling Banyak Diadukan

Kompas.com - 21/04/2020, 19:13 WIB
Fika Nurul Ulya,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mencatat jumlah pengaduan di sektor kesehatan selama masa pandemi virus corona (Covid-19).

Ketua Harian YLKI Tulus Abadi mengatakan, dari sekian banyak pengaduan yang masuk, alat-alat kesehatan (alkes) seperti masker, penyanitasi tangan (hand sanitizer), dan obat menjadi aduan terbanyak.

Pengaduan terjadi umumnya karena mahalnya alat kesehatan di tengah tingginya permintaan.

"Ini pengaduan yang masuk YLKI sepanjang pandemi, yang tertinggi adalah masalah hand sanitizer, masker, menduduki 33,33 persen. Adanya kelangkaan masker harganya sangat tinggi. Bahkan vitamin C jarang," kata Tulus dalam konferensi video, Selasa (21/4/2020).

Baca juga: YLKI: Produsen Masker Jangan Manfaatkan Virus Corona untuk Naikkan Harga

Tulus menerangkan, pengaduan terbanyak kedua adalah bidang transportasi sebesar 25 persen dari kasus, menyangkut masalah refund tiket yang susah dilakukan oleh pelanggan.

Para pelanggan mengeluh karena refund yang didapat bukanlah dalam uang utuh, namun voucher yang bisa digunakan saat kembali bepergian.

"Ini tidak fair saya kira ya, harusnya refund kembalikan ke uang sebagaimana permintaan konsumen. Tapi kami lihat maskapai dalam kesulitan finansial yang serius, sehingga ini jadi dilematis. Tapi pemerintah perlu mengontrol hal ini, karena pelanggaran hak konsumen," ujar Tulus.

Kasus lainnya adalah belanja online yang tengah marak dilakukan oleh masyarakat guna meminimalisir keluar dari rumah. Belanja online kerap menimbulkan masalah di lapangan, seperti pengiriman masker yang dibeli tak sesuai dengan deskripsi produk.

Keluhan Jasa Keuangan

Kemudian di bidang jasa keuangan menempati rangking ke-4 dengan persentase 11,11 persen. Pengaduan yang muncul adalah restrukturisasi leasing dan kartu kredit yang ditolak. Tulus menilai, ada perbadaan pendapat antara pihak pemberi restrukturisasi kredit dengan masyarakat.

"Memiliki persepsi yang berbeda. Kata "terdampak" di lapangan sangat debatable sehingga kemudian masih kita jumpai menarik kendaraan. Kartu kredit alasannya hampir mirip, debt collector yang menagih secara regulasi diliburkan," terang Tulus.

Tulus mengungkap, dalam 11 tahun terakhir sektor jasa keuangan selalu menjadi pengaduan yang paling banyak. Hal ini berbeda jauh dengan Singapura dan Hong Kong, yang menempatkan pengaduan jasa keuangan di nomor 15.

"Ini satu ironi kalau dikaitkan dengan keberadaan OJK. Di YLKI selalu jadi yang pertama. Artinya kehadiran OJK belum efektif di dalam pengawasan masalah finansial," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

InJourney: Bergabungnya Garuda Indonesia Bakal Ciptakan Ekosistem Terintegrasi

InJourney: Bergabungnya Garuda Indonesia Bakal Ciptakan Ekosistem Terintegrasi

Whats New
KAI Bakal Terima 1 Rangkaian Kereta LRT Jabodebek yang Diperbaiki INKA

KAI Bakal Terima 1 Rangkaian Kereta LRT Jabodebek yang Diperbaiki INKA

Whats New
BTN Relokasi Kantor Cabang di Cirebon, Bidik Potensi Industri Properti

BTN Relokasi Kantor Cabang di Cirebon, Bidik Potensi Industri Properti

Whats New
Pengelola Gedung Perkantoran Wisma 46 Ajak 'Tenant' Donasi ke Panti Asuhan

Pengelola Gedung Perkantoran Wisma 46 Ajak "Tenant" Donasi ke Panti Asuhan

Whats New
Shell Dikabarkan Bakal Lepas Bisnis SPBU di Malaysia ke Saudi Aramco

Shell Dikabarkan Bakal Lepas Bisnis SPBU di Malaysia ke Saudi Aramco

Whats New
Utang Rafaksi Tak Kunjung Dibayar, Pengusaha Ritel Minta Kepastian

Utang Rafaksi Tak Kunjung Dibayar, Pengusaha Ritel Minta Kepastian

Whats New
BEI Enggan Buru-buru Suspensi Saham BATA, Ini Sebabnya

BEI Enggan Buru-buru Suspensi Saham BATA, Ini Sebabnya

Whats New
PT Pamapersada Nusantara Buka Lowongan Kerja hingga 10 Mei 2024, Cek Syaratnya

PT Pamapersada Nusantara Buka Lowongan Kerja hingga 10 Mei 2024, Cek Syaratnya

Work Smart
Koperasi dan SDGs, Navigasi untuk Pemerintahan Mendatang

Koperasi dan SDGs, Navigasi untuk Pemerintahan Mendatang

Whats New
Cadangan Devisa RI  Turun Jadi 136,2 Miliar Dollar AS, Ini Penyebabnya

Cadangan Devisa RI Turun Jadi 136,2 Miliar Dollar AS, Ini Penyebabnya

Whats New
Bea Cukai Klarifikasi Kasus TKW Beli Cokelat Rp 1 Juta Kena Pajak Rp 9 Juta

Bea Cukai Klarifikasi Kasus TKW Beli Cokelat Rp 1 Juta Kena Pajak Rp 9 Juta

Whats New
Luhut Optimistis Upacara HUT RI Ke-79 Bisa Dilaksanakan di IKN

Luhut Optimistis Upacara HUT RI Ke-79 Bisa Dilaksanakan di IKN

Whats New
Perkuat Distribusi, Nestlé Indonesia Dukung PT Rukun Mitra Sejati Perluas Jaringan di Banda Aceh

Perkuat Distribusi, Nestlé Indonesia Dukung PT Rukun Mitra Sejati Perluas Jaringan di Banda Aceh

BrandzView
Simak, Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BRI hingga CIMB Niaga

Simak, Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BRI hingga CIMB Niaga

Whats New
Harga Emas Dunia Turun di Tengah Penantian Pasar

Harga Emas Dunia Turun di Tengah Penantian Pasar

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com