Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

The Fed: Banyak Pekerja yang Kena PHK Enggan untuk Bekerja Lagi

Kompas.com - 28/05/2020, 10:04 WIB
Kiki Safitri,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

Sumber CNBC

NEW YORK, KOMPAS.com –  The Federal Reserve menyatakan, membuat banyak pekerja yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) di Amerika Serikat enggan untuk kembali bekerja,

Demikian laporan bank sentral AS itu dalam Beige Book, seperti dikutip dari CNBC, Kamis (28/5/2020).

Rata-rata angka pengangguran di AS mencatatkan rekor tertinggi setelah Perang Dunia II yakni sebesar 14,7 persen dan 20,5 juta orang terkena PHK dalam sebulan. 

"Para pekerja enggan untuk kembali ke pekerjaan mereka karena sejumlah alasan," sebut The Fed.

Baca juga: Jumlah Pengangguran AS Tembus 38,6 Juta Jiwa

Laporan itu mengutip pandangan pesimis dari para pebisnis mengenai harapan pemulihan ekonomi dari dampak pandemi Covid-19.

Para pimpinin bisnis menyebutkan bahwa terdapat tantangan untuk membuat para pekerjanya untuk kembali bekerja. "Termasuk masalah kesehatan pekerja, keterbatasan dalam mencari pengasuhan anak, dan manfaat asuransi pengangguran," kata laporan itu.

Menurut Departemen Ketenagakerjaan AS,  hampir 40 juta orang telah mengajukan klaim pengangguran sejak virus corona dinyatakan sebagai pandemi pada pertengahan Maret 2020. Selain itu lebih dari 25 juta pengangguran telah menerima manfaat klaim pengangguran untuk dua minggu.

Pemerintah juga menambah stimulus melalui program tunjangan agresif yang memberikan tunjangan kepada banyak pekerja senilai 600 dollar AS secara rutin. Selain itu, ada juga Program Perlindungan Paycheck yang memberikan pinjaman bisnis selama delapan minggu.

Laporan The Fed mencatat bahwa Program Perlindungan Paycheck membantu banyak bisnis untuk menghindari PHK. Meskipun lapangan kerja terus turun tajam di sektor ritel serta rekreasi dan perhotelan, perbankan melihat permintaan yang tinggi untuk pinjaman.

Baca juga: Terdampak Virus Corona, Rolls-Royce PHK 9.000 Pegawai

Secara umum, ekonomi mengalami penurunan pada 12 sektor, namun sektor yang paling terpukul adalah sektor ritel, travel, dan perhotelan. Sementara itu, penjualan mobil juga sedikit menurun dibanding tahun lalu.

"Meskipun banyak yang menyatakan harapan meningkatnya bisnis karena pembukaan ekonomi, namun prospeknya sangat tidak pasti dan sebagian besar orang pesimis dengan percepatan langkah pemulihan," kata laporan itu.

Industri pertanian dan energi juga melaporkan penurunan tajam. Harga energi anjlok dan produksi di fasilitas pengemasan daging menjadi lambat karena kebanyakan pabrik besar tutup.

Usaha properti juga mendapat pukulan besar, karena penjualan anjlok. Sebagian lantaran kurangnya inventaris dan pembatasan mengadakan event seperti pameran di sebagian besar negara. Pemilik real estat komersial juga mencatat sejumlah besar penyewa melakukan penundaan pembayaran.

Baca juga: Faisal Basri Prediksi Angka Pengangguran Akibat Pandemik Tembus Dua Digit

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Era Suku Bunga Tinggi, Jago Syariah Buka Kemungkinan Penyesuaian Bagi Hasil Deposito

Era Suku Bunga Tinggi, Jago Syariah Buka Kemungkinan Penyesuaian Bagi Hasil Deposito

Whats New
Bank Neo Commerce Tunjuk Eri Budiono Jadi Dirut Baru

Bank Neo Commerce Tunjuk Eri Budiono Jadi Dirut Baru

Whats New
Soal Laba Bank, Ekonom: Masih Tumbuh di Bawah 5 Persen Sudah Sangat Baik

Soal Laba Bank, Ekonom: Masih Tumbuh di Bawah 5 Persen Sudah Sangat Baik

Whats New
Menperin Bantah Investasi Apple di Indonesia Batal

Menperin Bantah Investasi Apple di Indonesia Batal

Whats New
Jago Syariah Jajaki Kerja Sama dengan Fintech Lending

Jago Syariah Jajaki Kerja Sama dengan Fintech Lending

Whats New
Kolaborasi Es Krim Aice dan Teguk, Total Investasi Rp 700 Miliar

Kolaborasi Es Krim Aice dan Teguk, Total Investasi Rp 700 Miliar

Whats New
OJK: Pendapatan Premi di Sektor Asuransi Capai Rp 87,53 Triliun Per Maret 2024

OJK: Pendapatan Premi di Sektor Asuransi Capai Rp 87,53 Triliun Per Maret 2024

Whats New
Sudah Dibuka, Ini Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 67

Sudah Dibuka, Ini Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 67

Whats New
Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Mendag Minta Jastiper Patuhi Aturan

Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Mendag Minta Jastiper Patuhi Aturan

Whats New
Pasca-Lebaran, Kereta Cepat Whoosh Jadi 48 Perjalanan dengan Tarif mulai Rp 150.000

Pasca-Lebaran, Kereta Cepat Whoosh Jadi 48 Perjalanan dengan Tarif mulai Rp 150.000

Whats New
Bagaimana Aturan Perlintasan Kereta Api di Indonesia? Ini Penjelasan KAI

Bagaimana Aturan Perlintasan Kereta Api di Indonesia? Ini Penjelasan KAI

Whats New
Penempatan di IKN, Pemerintah Buka Formasi 14.114 CPNS dan 57.529 PPPK

Penempatan di IKN, Pemerintah Buka Formasi 14.114 CPNS dan 57.529 PPPK

Whats New
Daftar 8 Instansi yang Buka Lowongan CPNS 2024 Lewat Sekolah Kedinasan

Daftar 8 Instansi yang Buka Lowongan CPNS 2024 Lewat Sekolah Kedinasan

Whats New
Harga Emas Terbaru 4 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 4 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Mendag Sebut Rumah Potong Hewan Wajib Punya Sertifikat Halal Oktober 2024

Mendag Sebut Rumah Potong Hewan Wajib Punya Sertifikat Halal Oktober 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com