Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biden Jadi Presiden AS, Bagaimana Indonesia Bisa Ambil Keuntungan?

Kompas.com - 17/11/2020, 20:59 WIB
Yohana Artha Uly,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kemenangan Joe Biden dalam pemilihan presiden (Pilpres) Amerika Serikat 2020 menjadi sentimen positif bagi pasar keuangan Indonesia. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah menguat seiring masuknya aliran modal asing.

Menurut Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira, investor mulai kembali menanamkan dananya di negara-negara emerging market dalam merespons kemenangan Biden.

Investor melihat Biden akan mampu menurunkan eskalasi perang dagang AS dan China, penanganan Covid-19 yang akan lebih serius, serta stimulus ekonomi AS akan lebih besar. Ini menjadi pertanda akan pulihnya ekonomi di negara adidaya tersebut bahkan secara global.

Baca juga: Kemenangan Joe Biden Disambut Positif Investor, Apa Untungnya?

"Sehingga dana asing pun sudah masuk ke bursa, IHSG rebound, rupiah menguat. Pasar menyambut gembira kemenangan Biden," ujarnya dalam diskusi virtual mengenai Dampak Pilpres AS Terhadap Indonesia, Selasa (17/11/2020).

Meski demikian, Bhima menekankan, keuntungan dari kemenangan Biden tak bisa hanya diambil Indonesia dengan meningkatkan investasi di pasar keuangan, melainkan harus diikuti dengan peningkatan investasi langsung asing (foreign direct investment/FDI).

Lantaran, lewat investasi langsung maka akan lebih berdampak pada perekonomian nasional, mengingat dana yang ditanam akan lebih besar dengan jangka waktu yang lama. Di sisi lain, dapat mendorong penciptaan lapangan kerja.

"Sebenarnya tugas besar kita adalah merubah hot money yang masuk ke portofolio itu menjadi FDI. Investasi yang cenderung serap tenaga kerja. Jadi jangan hanya berputar terus di pasar keuangan, mudah masuk tapi mudah keluar," jelas dia.

Baca juga: Airlangga Harap Kemenangan Joe Biden Beri Ketenangan Pasar Global

Selain itu, Bhima juga menilai Indonesia harus memperbaiki kesiapan perdagangan untuk bisa mengambil peluang ekspor barang ke AS. Menurutnya, Indonesia bisa saja kalah dengan Vietnam yang juga menjadikan AS sebagai pasar ekspor.

Ia bilang, bila dibandingkan dengan Vietnam, potensi perdagangan Indonesia ke AS jauh lebih rendah. Indonesia unggul dalam hal komoditas barang penolong, bahan baku mentah, produk peternakan, kimia dan farmasi, serta kayu.

Sedangkan Vietnam unggul pada komoditas barang modal, barang konsumsi, produk makanan jadi, alas kaki, produk olahan kulit, barang elektronik, logam dasar, barang tambang, serta tekstik dan pakaian jadi.

"Bisa dibilang 60 persen lebih kita kalah saing dengan Vietnam (dalam hal ekspor ke AS)," katanya.

Bhima menilai, Indonesia dapat mengambil peluang perdagangan ke AS dengan meningkatkan kualitas produk yang berkaitan dengan linkungan hidup. Sebab, salah satu fokus kebijakan Biden ke depan memang pro lingkungan hidup.

Menurutnya, saat ini sudah banyak negara maju yang menerapkan prinsip untuk menggunakan produk yang memang menjamin keberlanjutan lingkungan hidup, seperti Uni Eropa dan Inggris. Langkah ini pun bisa saja ditempuh Biden yang memang pro linkungan hidup.

"Bagi perusahaan di Indonesia, baiknya untuk comply dengan sertifikasi linkungan hidup untuk lebih berkelanjutan dalam menjalankan bisnis kalau tujuan marketnya adalah AS, atau untuk mendapatkan investasi dari AS," pungkas Bhima.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BTPN Jadi Bank Kustodian

BTPN Jadi Bank Kustodian

Rilis
Penanganan Stunting, Inflasi dan Kemiskinan Esktrem Harus Dilakukan Secara Terpadu

Penanganan Stunting, Inflasi dan Kemiskinan Esktrem Harus Dilakukan Secara Terpadu

Whats New
4 Tips Kelola Keuangan untuk Pasangan Modern

4 Tips Kelola Keuangan untuk Pasangan Modern

Whats New
Hingga 2040, Kebutuhan Gas untuk Pembangkit Listrik Diproyeksi Terus Meningkat

Hingga 2040, Kebutuhan Gas untuk Pembangkit Listrik Diproyeksi Terus Meningkat

Whats New
50.000 Wisatawan ke Bali, Sandiaga: Perputaran Ekonomi World Water Forum Bisa Rp 1,5 Triliun

50.000 Wisatawan ke Bali, Sandiaga: Perputaran Ekonomi World Water Forum Bisa Rp 1,5 Triliun

Whats New
Biomassa Batang Singkong dan Karet Dikembangkan di Lampung

Biomassa Batang Singkong dan Karet Dikembangkan di Lampung

Whats New
LPEI Luncurkan Program CRDP untuk Putra-putri Terbaik yang Ingin Berkontribusi pada Ekspor Nasional

LPEI Luncurkan Program CRDP untuk Putra-putri Terbaik yang Ingin Berkontribusi pada Ekspor Nasional

Whats New
Equity Life dan BJB Hadirkan Asuransi Multi Protection, Apa Manfaatnya?

Equity Life dan BJB Hadirkan Asuransi Multi Protection, Apa Manfaatnya?

Whats New
KCIC Operasikan 48 Perjalanan Kereta Cepat Whoosh Selama Libur Panjang Waisak

KCIC Operasikan 48 Perjalanan Kereta Cepat Whoosh Selama Libur Panjang Waisak

Whats New
Lewat Inovasi ICT, Anak Usaha Semen Indonesia Bidik Potensi Akuisisi Pelanggan Baru

Lewat Inovasi ICT, Anak Usaha Semen Indonesia Bidik Potensi Akuisisi Pelanggan Baru

Whats New
Sistem Pengolah Sampah Jangjo Atasi Limbah Mal dan Perumahan di Jakarta

Sistem Pengolah Sampah Jangjo Atasi Limbah Mal dan Perumahan di Jakarta

Whats New
Catat, Ini Jadwal Seleksi SPMB PKN STAN 2024

Catat, Ini Jadwal Seleksi SPMB PKN STAN 2024

Whats New
Sistem Perpajakan yang Kompleks Jadi Tantangan Korporasi untuk Bayar Pajak

Sistem Perpajakan yang Kompleks Jadi Tantangan Korporasi untuk Bayar Pajak

Whats New
DAMRI Buka Rute Baru Ciputat ke Bandara Soekarno-Hatta, Simak Jam Operasionalnya

DAMRI Buka Rute Baru Ciputat ke Bandara Soekarno-Hatta, Simak Jam Operasionalnya

Whats New
Indonesia Terus Kurangi Ketergantungan terhadap Dollar AS, Ini Buktinya

Indonesia Terus Kurangi Ketergantungan terhadap Dollar AS, Ini Buktinya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com