Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pagebluk Corona Sebabkan Konsumsi Rumah Tangga Loyo

Kompas.com - 05/02/2021, 13:52 WIB
Mutia Fauzia,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pandemi virus corona (Covid-19) turut menekan daya beli masyarakat. Hal itu tercermin dari data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan tingkat konsumsi rumah tangga mengalami kontraksi sebesar 2,63 persen.

Kepala BPS SUhariyanto menjelaskan, kontraksi rumah tangga disebabkan karena beberapa faktor, mulai dari kontraksi penjualan eceran yang juga cukup dalam, hingga menurunnya impor barang konsimsi.

"Pengeluaran konsumsi rumah tangga di sana saleama 2020 mengalami kontraksi 2,63 persen, misal karena kontraksi penjualan eceran yang mendalam, impor barang konsumsi yang turun, kemudian juga terlihat dari angka penjualan mobil penumpang serta sepeda motor yang juga terkontraksi," jelas Suhariyanto ketika memberikan keterangan pers, Jumat (5/2/2021).

Baca juga: Angka Backlog Rumah Berpotensi Turun Jadi 4,5 Juta di Akhir 2030

Ia pun menjelaskan, dari sisi pengeluaran, hanya satu komponen yang menunjukkan kinerja positif, yakni konsumsi pemerintah.

Suhariyanto mengatakan, konsumsi pemerintah tercatat tumbuh 1,94 persen pada tahun 2020.

"Selama 2020 konsumsi pemerintah satu-satunya komponen pengeluaran yang mengalami pertumbuhan positif, yakni 1,94 persen," ujar dia.

Suhariyanto pun menjelaskan konsumsi rumah tangga dan investasi atau pembentukan modal tetap bruto (PMTB) menjadi kontributor terbesar pada kelompok pengeluaran. Kedua komponen ini berkontribusi sebesar 89,40 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) tahun 2020.

Sementara untuk komponen pengeluaran lainnya, konsumsi LPNRT tercatat minus 4,29 persen, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi minus 4,95 persen, dan ekspor serta impor tercatat masing-masing minus 7,7 persen dan 14,71 persen.

"Dan kalau melihat sumber pertumbuhan, PMTB merupakan sumber kontraksi terdalam, yakni 1,63 persen. Kalau kembali dilihat, Indonesia mengalami pertumbuhan negatif 2,07 persen, tetapi dibanding negara lain sebenarnya situasinya tidak terlalu turun," jelas Suhariyanto.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Emiten Hotel Rest Area KDTN Bakal Tebar Dividen Rp 1,34 Miliar

Emiten Hotel Rest Area KDTN Bakal Tebar Dividen Rp 1,34 Miliar

Whats New
Keuangan BUMN Farmasi Indofarma Bermasalah, BEI Lakukan Monitoring

Keuangan BUMN Farmasi Indofarma Bermasalah, BEI Lakukan Monitoring

Whats New
Bea Cukai Lelang 30 Royal Enfield, Harga Mulai Rp 39,5 Juta

Bea Cukai Lelang 30 Royal Enfield, Harga Mulai Rp 39,5 Juta

Whats New
Bisnis Alas Kaki Melemah di Awal 2024, Asosiasi Ungkap Penyebabnya

Bisnis Alas Kaki Melemah di Awal 2024, Asosiasi Ungkap Penyebabnya

Whats New
Penuhi Kebutuhan Listrik EBT Masa Depan, PLN Bidik Energi Nuklir hingga Amonia

Penuhi Kebutuhan Listrik EBT Masa Depan, PLN Bidik Energi Nuklir hingga Amonia

Whats New
LPPI Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1-S2, Simak Persyaratannya

LPPI Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1-S2, Simak Persyaratannya

Work Smart
Jadi 'Menkeu' Keluarga, Perempuan Harus Pintar Atur Keuangan

Jadi "Menkeu" Keluarga, Perempuan Harus Pintar Atur Keuangan

Spend Smart
Emiten Perdagangan Aspal SOLA Bakal IPO dengan Harga Perdana Rp 110 Per Saham

Emiten Perdagangan Aspal SOLA Bakal IPO dengan Harga Perdana Rp 110 Per Saham

Whats New
Data Terbaru, Utang Pemerintah Turun Jadi Rp 8.262,10 Triliun

Data Terbaru, Utang Pemerintah Turun Jadi Rp 8.262,10 Triliun

Whats New
Bank Mandiri Genjot Transaksi 'Cross Border' Lewat Aplikasi Livin’

Bank Mandiri Genjot Transaksi "Cross Border" Lewat Aplikasi Livin’

Whats New
Kuartal I Ditopang Pemilu dan Ramadhan, Bagaimana Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ke Depan?

Kuartal I Ditopang Pemilu dan Ramadhan, Bagaimana Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ke Depan?

Whats New
Berikut Daftar Tiga Pabrik di Indonesia yang Tutup hingga April 2024

Berikut Daftar Tiga Pabrik di Indonesia yang Tutup hingga April 2024

Whats New
Pabrik Sepatu Bata Tutup, Kemenperin: Kami Bingung...

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Kemenperin: Kami Bingung...

Whats New
Ada Gangguan Persinyalan, Perjalanan KRL Lintas Bogor Terlambat 10-33 Menit Pagi Ini

Ada Gangguan Persinyalan, Perjalanan KRL Lintas Bogor Terlambat 10-33 Menit Pagi Ini

Whats New
Pertagas: Budaya Keselamatan Kerja Bukan soal Mematuhi Aturan, tapi Rasa Bertanggung Jawab

Pertagas: Budaya Keselamatan Kerja Bukan soal Mematuhi Aturan, tapi Rasa Bertanggung Jawab

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com