Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penerimaan Pajak Korporasi Melonjak, Apa Penyebabnya?

Kompas.com - 31/05/2021, 17:31 WIB
Yoga Sukmana

Editor

Sumber

JAKARTA, KOMPAS.com - Laporan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mencatat, hingga akhir April 2021 realisasi penerimaan pajak penghasilan (PPh) Pasal 25/29 atau PPh badan mencapai Rp 81,18 triliun atau tumbuh 0,48 persen year on year (yoy).

Kabar baiknya, pencapaian dalam empat bulan tersebut masuk ke zona postif, setelah pada Januari-Maret 2021 hanya Rp 20,57 triliun, minus 40,48 persen secara tahunan. Artinya, hanya pada bulan April lalu pajak yang disetor korporasi mencapai Rp 60,61 triliun.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani mengatakan, penyebab utama kinerja penerimaan pajak tersebut karena faktor musiman. Bukan semata-mata hanya karena pemulihan ekonomi.

“Karena imbas dari pelunasan pajak tahun lalu dan laporan keuangan udah closing April kemarin. Namun kalau dibandingkan secara yoy 2019 pasti tumbuh lebih rendah. Kalau naik sudah biasa,” kata Hariyadi kepada Kontan.co.id, Minggu (30/5/2021).

Baca juga: Menteri Investasi Beberkan Penyebab Porsi Kredit UMKM Masih Rendah

Benar saja, pada Januari-April 2019 saat periode sebelum pandemi virus corona realisasi penerimaan PPh Pasal 25/29 Badan sebesar Rp 94,9 triliun. Angka tersebut tumbuh 4,9 persen yoy. Bahkan pada tahun 2018 setoran pajak korporasi dalam empat bulan tumbuh 23,55 persen yoy.

Hariyadi menilai, meski tahun ini lebih baik daripada realisasi PPh badan di periode Januari-April 2020 yang minus 15,23 persen, tapi belum sepenuhnya bisa mendongkrak penerimaan pajak di tahun ini.

Hal tersebut mengingat dengan posisi penerimaan PPh badan hingga akhir April lalu, pemerintah musti mengumpulkan pajak senilai Rp 133,9 triliun agar mencapai target sebesar Rp 215,08 triliun.

“Saya melihatnya masih berat, banyak sektor masih terdampak pandemi meskipun ada melesat tapi jumlahnya tidak banyak. Yang sangat terpukul itu banyak terutama pariwisata, transportasi, dan barang-barang yang sifatnya sekunder,” ujar Hariyadi.

Di sisi lain, Direktur Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Neilmaldrin Noor mengatakan, realisasi penerimaan PPh Pasal 25/29 Badan pada Januari-April lalu seiring dengan jatuh tempo pembayaran PPh tahunan atau PPh Pasal 29 Badan tahun pajak 2020.

Hal ini seiring dengan jatuh tempo batas lapor Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh Badan 2020 pada 30 April 2021. Selain itu, peningkatan PPh Pasal 29 Badan dikarenakan menurunnya kredit pajak PPh Pasal 22 impor dan angsuran PPh Pasal 25 Badan yang merupakan insentif fiskal dalam program Pemuluhan Ekonomi Nasional (PEN).

“Walaupun wajib pajak selama tahun lalu mendapat insentif berupa pengurangan ansgsuran PPh PPh Pasal 25 namun karena Pajak yang terhutang lebih tinggi sebagai akibat situasi ekonomi yang terus membaik maka akibatnya PPh Pasal 29 menjadi lebih tinggi,” kata Neilmaldrin kepada Kontan.co.id, Sabtu (29/5/2021). (Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Khomarul Hidayat)

Baca juga: Menteri Investasi Beberkan Penyebab Porsi Kredit UMKM Masih Rendah

Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul: Penerimaan pajak korporasi melonjak di bulan April, Apindo: Hanya musiman

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Emiten Hotel Rest Area KDTN Bakal Tebar Dividen Rp 1,34 Miliar

Emiten Hotel Rest Area KDTN Bakal Tebar Dividen Rp 1,34 Miliar

Whats New
Keuangan BUMN Farmasi Indofarma Bermasalah, BEI Lakukan Monitoring

Keuangan BUMN Farmasi Indofarma Bermasalah, BEI Lakukan Monitoring

Whats New
Bea Cukai Lelang 30 Royal Enfield, Harga Mulai Rp 39,5 Juta

Bea Cukai Lelang 30 Royal Enfield, Harga Mulai Rp 39,5 Juta

Whats New
Bisnis Alas Kaki Melemah di Awal 2024, Asosiasi Ungkap Penyebabnya

Bisnis Alas Kaki Melemah di Awal 2024, Asosiasi Ungkap Penyebabnya

Whats New
Penuhi Kebutuhan Listrik EBT Masa Depan, PLN Bidik Energi Nuklir hingga Amonia

Penuhi Kebutuhan Listrik EBT Masa Depan, PLN Bidik Energi Nuklir hingga Amonia

Whats New
LPPI Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1-S2, Simak Persyaratannya

LPPI Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1-S2, Simak Persyaratannya

Work Smart
Jadi 'Menkeu' Keluarga, Perempuan Harus Pintar Atur Keuangan

Jadi "Menkeu" Keluarga, Perempuan Harus Pintar Atur Keuangan

Spend Smart
Emiten Perdagangan Aspal SOLA Bakal IPO dengan Harga Perdana Rp 110 Per Saham

Emiten Perdagangan Aspal SOLA Bakal IPO dengan Harga Perdana Rp 110 Per Saham

Whats New
Data Terbaru, Utang Pemerintah Turun Jadi Rp 8.262,10 Triliun

Data Terbaru, Utang Pemerintah Turun Jadi Rp 8.262,10 Triliun

Whats New
Bank Mandiri Genjot Transaksi 'Cross Border' Lewat Aplikasi Livin’

Bank Mandiri Genjot Transaksi "Cross Border" Lewat Aplikasi Livin’

Whats New
Kuartal I Ditopang Pemilu dan Ramadhan, Bagaimana Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ke Depan?

Kuartal I Ditopang Pemilu dan Ramadhan, Bagaimana Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ke Depan?

Whats New
Berikut Daftar Tiga Pabrik di Indonesia yang Tutup hingga April 2024

Berikut Daftar Tiga Pabrik di Indonesia yang Tutup hingga April 2024

Whats New
Pabrik Sepatu Bata Tutup, Kemenperin: Kami Bingung...

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Kemenperin: Kami Bingung...

Whats New
Ada Gangguan Persinyalan, Perjalanan KRL Lintas Bogor Terlambat 10-33 Menit Pagi Ini

Ada Gangguan Persinyalan, Perjalanan KRL Lintas Bogor Terlambat 10-33 Menit Pagi Ini

Whats New
Pertagas: Budaya Keselamatan Kerja Bukan soal Mematuhi Aturan, tapi Rasa Bertanggung Jawab

Pertagas: Budaya Keselamatan Kerja Bukan soal Mematuhi Aturan, tapi Rasa Bertanggung Jawab

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com