Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Semakin Banyak Pekerja Digantikan Mesin, Semakin Penting Reskilling

Kompas.com - 21/08/2021, 11:41 WIB
Rully R. Ramli,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Semakin masifnya penggunaan mesin otomatis dalam berbagai lini industri perusahaan memaksa pekerja untuk beradaptasi dengan memperbaharui keahlian yang dimiliki.

Pasalnya, penggunaan mesin otomatis di berbagai industri membuat banyak pekerja yang tergantikan dari posisinya.

“70 persen perusahaan negara berkembang akan memperbanyak otomasi proses,” kata Profesional Human Resources Samuel Ray dalam gelaran Kompasfest, Sabtu (21/8/2021).

Baca juga: Gunakan Robot Kolaboratif, Manufaktur RI Dinilai Bisa Capai Produktivitas Lebih Tinggi

“Artinya kita ketika bekerja, persaingan semakin ketat. Tidak hanya dengan manusia, tapi juga dengan robot, dengan teknologi yang sudah ada, membuat perusahaan lebih efisien,” tambahnya.

Bahkan ia menyebutkan, sekitar 9,5 juta karyawan Indonesia posisinya akan tergantikan oleh teknologi pada 2028.

Oleh karenanya, berdasarkan hasil riset World Economy Forum (WEF), 50 persen dari seluruh tenaga kerja dunia perlu melakukan pengembangan keahlian atau reskilling pada 2025.

Samuel mengatakan, dua keahlian penting yang perlu dimilki pekerja untuk tetap eksis di tengah masifnya penggunaan mesin otomatis ialah critical thinking dan problem solving

Baca juga: Otomatisasi Robot Diklaim Bisa Kurangi Tingginya Angka Kecelakaan Kerja di Indonesia

Menurut dia, mesin akan mengambil alih pekerjaan yang bersifat administratif, oleh karenanya pekerja perlu memiliki kemampuan lainnya, seperti kedua keahlian tersebut.

“Ketika dimana-mana pekerjaan adminsitrasi bisa diselesaikan melalui teknologi, teman-teman bisa menggunakan critical thinking,” ujarnya.

Selain itu, pekerja juga perlu memiliki keahlian sekunder lain seperti stress tolerance, resilience, ataupun flexibility. Kemampuan-kemampuan ini dinilai penting, khususnya di tengah sistem bekerja dari rumah atau work from home.

“Banyak pekerja yang merasakan tidak menemukan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan sehari-hari,” ucap Samuel.

Baca juga: Apa Benar Robot Kolaboratif Gusur Pekerjaan Manusia?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com